Langsung ke konten utama

Biak : Kesadaran Warga Untuk Test HIV/AIDS Masih Rendah

(www.cenderawasihpos.com, Selasa 21 Agustus 2007)
BIAK -Meskipun kasus HIV/AIDS di Kabupaten Biak Numfor dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup tajam, namun tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari minimnya jumlah warga yang memanfaatkan fasilitas Volentry Conseling Test (VCT) yang telah tersedia di Puskesmas Biak Kota.Kepala Puskesmas Biak Kota dr.Blasius Suherman yang ditemui wartawan Senin (20/8) mengakui masih minimnya jumlah warga yang melakukan konseling dan tes secara sukarela di VCT yang ada di Puskesmas Biak Kota. Meskipun VCT tersebut telah beroperasi sejak tahun 2006 yang lalu, rata-rata perbulan jumlah warga yang mengunjungi VCT tersebut kurang dari 10 orang ”Bulan yang lalu jumlah warga yang datang hanya 4 orang, ”ungkapnya.

Selain masih minim jumlah warga yang memanfaatkan VCT di Puskesmas Biak Kota, dalam pengoperasiannya menurut Blasius Suherman sering kali terbentur pada penyediaan rapid tes atau alat untuk melakukan tes HIV secara cepat. Bahkan untuk pengadaan rapid tes tersebut, pihak Puskesmas Biak Kota terpaksa melakukan pengadaan secara swadaya atau mengharapkan bantuan pihak lain.“ Karena alat tersebut ada masa kadaluarsanya sehingga seringkali kita sudah tidak memiliki persediaan.Pernah ada warga yang telah menyatakan kesediaan untuk dikonseling dan tes. Ketika kami akan melakukan tes stok rapid tes kosong.Ini yang menjadi kendala kami ,”ujarnya.Kendala lain yang dihadapi dalam pengoperasian VCT menurut Blasius Suherman belum adanya pendampingan terhadap warga yang telah menjalani konseling dan tes. Hal ini menurutnya merupakan salah satu kendala dalam upaya melakukan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS.(nat)

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Penggunaan Alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890

(KKP Jayapura, 23 April 2007) Pada tanggal 19 april dan 20 April 2007, diadakan Pelatihan penggunaan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890, yang diselengarakan oleh KKP Manokwari, di kota Manokwari – Irian Jaya Barat. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar orang laboratorium dapat dan mampu mengoperasikan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890 secara baik dan benar. Dari Tim KKP Jayapura, diwakili oleh Ibu Manita Tana, Amd AK, sebagai penanggung jawab Laboratorium KKP Jayapura. Menurut beliau kegunaan alat ini adalah untuk proses pemeriksaan air secara kimiawi dan bakteriologis, agar kualitas air yang diuji dapat diketahui kelayakannya untuk dikonsumsi. Kelebihan alat tersebut adalah dapat disambungkan dengan perangkat komputer, dimana mempunyai kemampuan menyimpan data analisa, RS-232 output, dan lainnya. Sehingga dengan demikian DR/800 dapat dipakai utk analisa dilapangan dan kemudian data analisa yang didapatkan d...

Info : 2-5 % Penduduk Indonesia Menderita Asma

( www.depkes.go.id , Selasa 01 Mei 2007) Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia prevalensi Asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 % penduduk Indonesia menderita Asma. Penyakit Asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin. Pada anak-anak, penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara angka kejadian Asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Asma pada anak dapat mempengaruhi masa pertumbuhan, tergantung dari klasifikasi berat ringan episodenya. Anak dengan Asma yang sering kambuh, dapat menyebabkan turunnya prestasi belajar yang merupakan dasar terjadinya lost generation. Dari penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun, diketahui prevalensi Asma sebesar 2,1% pada tahun 1995. Jumlah ini meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2003. Sementara hasil survei di Med...

Info : Mengenal Kota Jayapura

(sumber: http://www.kompas.co.id ) UNIK dan menarik. Dua kata itu tepat untuk menyebut kota yang terletak di paling ujung kawasan timur Indonesia. Selain letaknya berbatasan dengan Papua Niugini dan topografi yang berbukit-bukit, kota ini pun berganti nama sebanyak empat kali sebelum menjadi Jayapura. SEBELUM perang dunia II, saat Belanda mendarat di bumi Papua, Jayapura diberi nama "Hollandia", yang berarti daerah berbukitbukit dan berteluk. Saat itu daerah ini ditunjuk sebagai ibu kota "Dutch New Guinea". Setelah definitif kembali ke Indonesia pada 1 Mei 1963, sejak saat itu nama "Hollandia" menjadi "Kota Baru" (1963-1969), lalu "Sukarnopura" (1969-1975), dan akhirnya "Jayapura". Berada di Jayapura yang terletak di bibir Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa akan disuguhkan pemandangan indah panorama alam yang berbukit-bukit serta hamparan lautan Pasifik berair biru jernih. Kekayaan alam yang demikian indah itu menawarkan obyek...