Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

27 October 2007

Rapat Koordinasi Tim KKP Jayapura

Kepala kantor, Bpk Junghans Sitorus, SKM, M.Kes didampingi Kabag TU, Ibu Hanna Tita Baturante, SE sedang memberikan arahan dan penjelasan dalam rapat koordinasi

(KKP Jayapura, Jumat 26 Oktober 2007)
Setelah libur yang cukup panjang pasca Lebaran 2007 ini, maka kembali kegiatan dan aktifitas tupoksi KKP Jayapura berjalan seperti biasanya. Pada hari pertama kerja tepatnya tanggal 22 Oktober 2007, diadakan Rapat Koordinasi KKP Jayapura yang dihadiri Kepala Kantor , Staf KKP Jayapura dan Stan Wilker Bandara Sentani.

Mengawali pembukaan rapat koordinasi ini, karena masih bernuansa Lebaran, maka Kepala Kantor, Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H, kepada staf yang beragama islam yang merayakan Idul Fitri, Minal Aidhin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir & Bathin.

Dalam rapat tersebut Kepala Kantor menyampaikan hasil evaluasi kegiatan pada bulan sebelumnya, memberikan masukan dan saran-saran perbaikan agar kedepannya lebih ditingkatkan lagi Dalam hal ini juga dilakukan evaluasi terhadap kegiatan Posko Kesehatan Gratis Simpatik Lebaran. Oleh Koordinator Wilker Sentani, Ibu Mina Sipayung menyampaikan hasil kegiatan Posko Kesehatan Gratis Simpatik Lebaran yang berlangsung dari tanggal 8 – 16 Oktober 2007.



Tanggapan, masukan dan saran beragam dalam diskusi rapat koordinasi ini disampaikan dari tiap-tiap seksi. Baik dari seksi PRL, yang diwakili oleh Bpk. Nurdin SKM, seksi Karantina diwakili oleh Ibu dr. Wahyu, Wilker Sentani, diwakili Bpk. Yohanis Rumasewu, dan Bagian TU diwakili oleh Ibu Hanna Tita Baturante ,SE memberikan banyak masukan guna perbaikan dan peningkatan kegiatan kedepan nantinya.

Dalam paparan hasil kegiatan tersebut, disimpulkan bahwa pelaksanaan Posko Kesehatan ini sangat diperlukan sekali untuk kegiatan selanjutnya didalam memberikan informasi sekaligus pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di Jayapura. Sehingga bukan hanya Posko Kesehatan dilakukan di Bandara Sentani, tetapi kedepannya Posko Kesehatan juga akan dilakukan di Pelabuhan Laut. Fasilitas pendukung seperti Mobil Ambulans yang saat ini telah dimiliki sebanyak 3 unit akan disiagakan di tiap-tiap posko kesehatan.
Pada penutup rapat koordinasi, Kepala Kantor menyampaikan kepada seluruh staf agar senantiasa agar bekerja dengan baik dan seoptimal mungkin, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan sikap menjunjung tinggi profesionalisme.

26 October 2007

Tinggi, Tingkat Kebutaan di Indonesia

(www.cenderawasihpos.com, 26 Oktober 2007)
JAKARTA - Angka kebutaan di Indonesia masih tergolong tinggi. Jumlahnya mencapai 1,5 persen dari tingkat populasi penduduk. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di Asia, mengungguli Bangladesh (1 persen), India (0,7 persen), dan Thailand (0,3 persen).Direktur Bina Kesehatan Komunitas Depkes Edi Suranto mengatakan, penyebab utama kebutaan tersebut adalah masalah keterbatasan ekonomi.

“Banyak penderita berasal dari keluarga yang status ekonominya rendah. Selain itu juga akses pelayanan yang masih terbatas,” kata Edi dalam sosialisasi program penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia, kemarin.Kebanyakan penderita kebutaan di Indonesia, lanjut Edi, disebabkan oleh katarak, yang mencapai angka 0,78 persen. Penyebab lain adalah glukoma (0,20 persen), kelainan refraksi (0,14 persen), gangguan retina (0,13 persen), dan kelainan kornea (0,10 persen).

Di tempat yang sama, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes Sri Astuti Suparmanto menambahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penderita penyakit kebutaan di dunia mencapai angka 40 hingga 45 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 30 juta atau dua pertiganya berada di wilayah Asia Tenggara.Menurut Sri Astuti, kebutaan memang bisa terjadi pada setiap orang tanpa memandang usia. Meski demikian, kebutaan bisa dicegah apabila ada penanganan dini apabila dirasa ada gangguan penglihatan. “Beberapa kasus terjadi karena keterlambatan penanganan,” ungkapnya.Depkes, lanjutnya, mengakui penanganan penanggulangan kebutaan tidak bisa hanya dilakukan sendiri. Namun, perlu keterlibatan berbagai pihak. Misalnya dengan memberdayakan masyarakat, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan, mengembangkan dan membina Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), memberikan pelayanan kesehatan indera penglihatan di puskesmas, dan rujukan di rumah sakit serta mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan indera penglihatan. (fal)

23 October 2007

Data Kegiatan Posko Kesehatan Gratis Simpatik Lebaran

(KKP Jayapura, Selasa 23 Oktober 2007)
Dari Kegiatan Posko Kesehatan Gratis Simpatik Lebaran yang diadakan di Bandara Sentani pada tanggal 8 – 16 Oktober lalu didapatkan data-data sebagai berikut :

Jumlah kunjungan di Posko Kesehatan :
Hari ke 1 : 4 orang
Hari ke 2 : 8 orang
Hari ke 3 : 14 orang
Hari ke 4 : 9 orang
Hari ke 5 : 17 orang
Hari ke 6 : 12 orang
Hari ke 7 : 7 orang
Hari ke 8 : 16 orang
Hari ke 9 : 14 orang
--------------------
Total Kunjungan : 95 orang

Jenis layanan kesehatan yang paling banyak dilayani terhadap pasien :
1. Mengukur tekanan darah : 24 orang
2. Pusing (Cephalgia) : 15 orang
3. Flu / Demam : 12 orang
4. Sakit Maag (Gastritis) : 7 orang
5. Sakit Gigi : 7 orang
6. ISPA : 4 orang

19 October 2007

Simpatik Lebaran: Layanan Kesehatan Gratis di Bandara Sentani

Posko Kesehatan Gratis " Simpatik Lebaran " yang disediakan oleh KKP Jayapura mulai tanggal 8-16 Oktober 2007 di Bandara Sentani
(KKP Jayapura, 18 Oktober 2007)
KKP Jayapura kembali menggelar posko kesehatan gratis “Simpatik Lebaran 2007” yang kali ini dipusatkan di lingkungan Bandar Udara Sentani, Jayapura, mulai tanggal 8-16 Oktober 2007.

Pihak KKP Jayapura mengerahkan seluruh staf dari Kantor Wilker Sentani yang juga dibantu staf dari kantor induk untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gratis itu kepada calon penumpang pesawat, pengantar, dan pengunjung Bandara Sentani yang dimulai sejak pukul 07.00-16.00 WIT setiap harinya.
Pasien yang juga calon penumpang pesawat Trigana Air sedang memeriksakan kondisi kesehatannya kepada petugas Posko Kesehatan KKP Jayapura
Antusiasme calon penumpang serta pengunjung terlihat dari tingkat kunjungan ke posko tersebut. Keingintahuan yang besar akan kondisi kesehatan mereka menarik minat mereka untuk berkonsultasi atau sekadar menanyakan info tentang penyakit dan penanggulangannya, bahkan tidak sedikit yang memanfaatkan fasilitas berobat gratis yang disediakan oleh KKP Jayapura.
Para pengunjung Bandara Sentani dengan antusias melihat informasi kesehatan yang disajikan lewat lembaran poster yang dipajang di Posko Kesehatan

Mobil Ambulans Evakuasi disiagakan didepan Posko Kesehatan

12 October 2007

Setiap Menit Satu Anak di Dunia Akan Menjadi Buta

(www.depkes.go.id 11 Oktober 2007)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan sekitar 40-45 juta orang di dunia mengalami kebutaan, sepertiganya berada di Asia Tenggara. Berarti setiap menit diperkirakan 12 orang menjadi buta, empat orang diantaranya juga berasal dari Asia Tenggara. Pada anak, setiap menit terdapat satu anak menjadi buta dan hampir setengahnya berada di Asia Tenggara. Sedangkan pada balita, WHO memperkirakan ada 1,4 juta yang menderita kebutaan dimana tiga perempat diantaranya ada di daerah-daerah miskin di Asia dan Afrika.

Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia, WHO pada tanggal 30 September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight untuk mendorong penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan tertentu yang sebenarnya dapat dicegah atau direhabilitasi.
Dalam upaya mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap hari Kamis minggu kedua Oktober sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD). Pada tahun ini WSD jatuh pada tanggal 11 Oktober 2007, dengan tema peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD) tahun 2007 adalah Vision For Children.

Demikian disampaikan Dr. Sri Astuti Suparmanto, MSc.PH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dalam rangka menyambut Hari Penglihatan Sedunia tanggal 11 Oktober 2007.
Menurut dr. Sri Astuti, berdasarkan Survey Kesehatan Indera tahun 1993-1996, sebesar 1,5% penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama adalah Katarak (0,78%), Glaukoma (0,20%), Kelainan Refraksi (0,14%), Gangguan Retina (0,13%), dan Kelainan Kornea (0,10%). Kebutaan karena katarak kejadiannya diperkirakan 0,1% (sekitar 210.000 orang) per tahun.

Bila dibandingkan dengan angka kebutaan di negara-negara Regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi setelah Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%). Sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengalami kebutaan berasal dari status ekonomi kurang mampu dan belum akses dengan pelayanan kesehatan.

Angka kebutaan 1,5% menurut WHO sudah merupakan masalah sosial. Untuk itu perlu peran serta aktif dari semua pihak untuk menanggulangi masalah kebutaan di Indonesia. Disamping masalah kebutaan, gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi dengan prevalensi 22,1% juga menjadi masalah serius jika tidak cepat ditanggulangi. 10% dari anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi. Angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan.

Menurut dr. Sri Astuti, tema peringatan Hari Penglihatan Sedunia Vision For Children mengandung makna semua orang harus memberikan perhatian kepada anak-anak sebagai generasi penerus yang mengalami gangguan penglihatan atau buta, bagaimana supaya mereka bisa memperoleh kembali fungsi penglihatannya atau mereka dapat menikmati kehidupannya yang berkulaitas seperti anak-anak normal lainnya.

Ditambahkan oleh dr. Sri Astuti, selain tujuan umum, tujuan khusus yang akan dicapai adalah anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan mata yang sehat, setiap anak bisa pergi ke sekolah, dan para orang tua mereka dapat melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang.
Ditambahkan oleh dr. Sri Astuti, menurut WHO 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan pada masa anak-anak (chilhood blindness). Masalah kebutaan pada anak-anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh dunia terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sedangkan salah satu penyebab childhood blindness adalah defisiensi vitamin A, disamping penyebab lainnya seperti kelainan kongenital, infeksi neonatorum dan lain-lain.
Menurut dr. Sri Astuti, untuk mengatasi kebutaan pada anak-anak akibat Defisiensi Vitamin A, Depkes telah mengeluarkan kebijakan tentang pemberian kapsul vitamin A secara gratis kepada bayi 6-11 bulan dan anak balita 1-5 tahun.

Sedangkan untuk mencapai Vision 2020-The Right to Sight, Departemen Kesehatan telah mengembangkan strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes No. 1473/MENKES/SK/2005 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK).

Adapun strategi nasional PGPK tersebut adalah:
- Pembentukan Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (KOMNAS PGPK) Meningkatkan advokasi dan komunikasi dengan LP/LS
- Menjalin kemitraan untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan
- Meningkatkan kualitas dan Kuantitas SDM yang terlibat dalam penanggulangan gangguan penglihatan
- Meningkatkan manajemen program dan infra struktur untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan
- Mobilisasi sumber daya dan lembaga donor dalam dan luar negeri yang mendukung pelaksanaan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

10 October 2007

87 Orang Korban Meninggal Akibat Flu Burung

(www.depkes.go.id, 09 Oktober 2007)
Korban flu burung terus bertambah. Kasus terakhir positif flu burung berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Badan Litbangkes Depkes adalah LT (P, 44 tahun) warga Komplek Jati 119, CPI Rumbai, Kel. Lembah Damai, Kec. Rumbai Pekanbaru Propinsi Riau. Korban meninggal tanggal 6 Oktober 2007 pukul 04.00 WIB setelah dirawat 1 hari di RS Arifin Achmad Pekanbaru Riau. Dengan demikian, secara kumulatif kasus positif Flu Burung di Indonesia mencapai 108 orang, 87 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian (Case Fatality Rate = CFR ) 80,55%.

Demikian data terbaru yang diperoleh Pusat Komunikasi Publik dari Dr. H. Nadhirin, Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 8 Oktober 2007.

LT mulai sakit dengan gejala mirip Flu Burung tanggal 27 Agustus 2007, tetapi baru dirujuk ke RS Arifin Achmad Pekanbaru tanggal 5 Oktober 2007.
Dengan meninggalnya LT, kini di Propinsi Riau terdapat 5 kasus positif flu burung, 4 orang diantaranya meninggal dunia yaitu A(P, 29) meninggal 12 Mei, Y (L, 29 th) meninggal 12 Juni, GS (L, 33 th) meninggal 6 September.

Sumber penularan Flu Burung masih berasal dari unggas. Karena itu masyarakat diimbau tidak memelihara unggas atau memisahkan unggasnya dari pemukiman.

Untuk mencegah dan melindungi diri agar tidak tertular Flu Burung, masyarakat diminta :
- Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke Kepala Desa.
- Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
- Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 2 minggu
- Periksakan diri ke dokter, Puskesmas atau rumah sakit jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Fumigasi di Kapal Papua 1

Kegiatan fumigasi oleh Tim PRL KKP Jayapura di Pelabuhan Kecil Porasko pada Kapal Penumpang Papua 1.

Kepala Seksi PRL, Nurdin, SKM memberikan dokumen-dokumen kegiatan fumigasi yang ditanda tangani Nakhoda Kapal
Proses penutupan lubang-lubang yang ada diatas kapal agar proses fumigasi bisa berjalan dengan baik
Proses penyemprotan dengan alat Mistblower didalam kapal

Alat fumigasi yang mengandung racun yang mematikan bagi binatang dan serangga diatas kapal

06 October 2007

Menkes Resmikan Bank Darah Tali Pusat Cordlife Indonesia

(www.depkes.go.id, 5 Oktober 2007)
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) tanggal 30 September 2007 di Jakarta, meresmikan Bank Darah Tali Pusat yang pertama di Indonesia. Bank Tali Pusat ini merupakan fasilitas pemrosesan dan penyimpanan darah tali pusat yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Laboratorium yang terletak Jl. Ahmad Yani No. 2, Polumas Jakarta ini dimiliki dan dijalankan oleh CordLife Indonesia, sebuah perusahaan joint venture (patungan) antara CordLife Ltd Singapura dan PT Kalbe Farma Tbk.
Hadir dalam acara tersebut, Ashok Kumar Mirpuri- Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Johannes Setijono - CEO Kalbe Farma dan Steven Fang - CEO Group Cordlife.Menkes dalam sambutannya menyatakan, saat ini salah satu teknologi maju yang berkembang di Indonesia adalah terapi stem cell (sel induk) yang merupakan respons atas kemajuan teknologi stem cell dunia. Seperti diketahui, stem cell sedang dikembangkan sebagai salah satu alternatif terapi untuk berbagai penyakit, seperti thalasemia, diabetes melitus, stroke, infark miokardium dan gangren diabetes. Diyakini beberapa penyakit genetik tersebut bisa diatasi dengan terapi stem cell ini. “Sel-sel induk itu bisa menjadi obat, dan bisa menjadi solusi bila dalam keluarga tersebut mengidap penyakit yang tidak bisa diobati dengan obat saat ini, ujar Menkes.


Menurut Menkes, saat ini di beberapa sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di RS Pendidikan antara lain RS Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais menyediakan pelayanan terapi stem cell. Pelayanan meliputi proses persiapan calon donor, pengambilan atau transplantasi stem cell dari darah tali pusat, sum-sum tulang maupun dari organ tubuh lain, penyimpanan sampai penggunaan stem cell.

Untuk melindungi keamanan dan keselamatan masyarakat, pemerintah perlu mengatur setiap pelayanan dan pemanfaatannya dengan standar yang sesuai Evidence Based Medicine dan regulasi setiap kebijakan. Sehingga masyarakat berada dalam pihak yang tidak dirugikan. Apalagi penyimpanan darah tali pusat sampai melakukan terapi maupun transplantasi menyangkut berbagai aspek antara lain etikolegal, sosial, ekonomi dan sebagainya, kata Menkes.

Menkes berharap setiap unit yang mempunyai layanan bank darah tali pusat harus mengikat kerjasama dengan RS Pendidikan setempat yang ditunjuk oleh pemerintah, untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan yang aman bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan nantinya dapat mengembangkan terapi stem cell dengan lebih baik.

Pada kesempatan yang sama Sie Djohan, Vice President Director CordLife Indonesia menyatakan, biaya penyimpanan darah tali pusat di Bank Darah Tali Pusat CordLife Indonesia relatif murah jika dibandingkan dengan biaya penyimpanan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura. “ Biaya pengambilan, pemrosesan dan penyimpanan selama tahun pertama sebesar Rp 9,5 juta dan biaya penyimpanan selanjutnya Rp 1,25 juta per tahun. Di Singapura, biaya penyimpanan tahun pertama 2.000 dolar Singapura (Rp 12 juta) dan biaya penyimpanan per tahun 250 dolar Singapura (Rp 1,5 juta).

Fasilitas CordLife Indonesia mampu menyimpan 30.000 unit darah tali pusat akan segera bergabung dengan jaringan laboratorium CordLife Internasional yang telah berdiri di Hong Kong, Singapura, dan Sydney, Australia. Sel darah dilindungi dengan teknologi canggih dan memiliki prosedur operasional serta pengamanan yang tinggi. Termasuk pencegahan dari banjir dan listrik padam Darah tali pusat, disimpan pada suhu minus 162 derajat celcius, sehingga tahan sampai waktu tak terhingga.
Di Singapura, sel darah induk yang disimpan mencapai sekitar 12 persen dari angka kelahiran. Indonesia memiliki potensi pasar yang besar karena angka kelahiran mencapai 5 juta per tahun, kata Sie Djohan.

"Orang tua bisa menyimpan darah tali pusat anak-anak mereka sebagai investasi biologis yang pada masa depan bisa dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit dengan terapi sel induk ", ujar Johannes Setijono, Direktur Utama PT Kalbe Farma menambahkan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/ faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

02 October 2007

Pelayanan pada Poliklinik KKP Jayapura

Pasien anak kecil yang diperiksa dokter poliklinik KKP Jayapura
(KKP Jayapura, Senin 1 Oktober 2007)
Poliklinik KKP Jayapura yang berada diseputar kawasan Pelabuhan Laut Jayapura berusaha memberikan pelayananan terbaik buat masyarakat sekitar pelabuhan. Berbagai fasilitas dan obat-obatan yang dimiliki dipersiapkan dengan baik.

Mengingat jumlah penumpang kapal laut yang semakin banyak masuk ke wilayah Jayapura karena dibulan Oktober ini akan ada Perayaan Hari Idul Fitri, maka Poliklinik KKP Jayapura terus meningkatkan performa dan mutu pelayanannya.

Kasus Pasien
Ada kasus ditangani Poliklinik KKP Jayapura (28/09/07), dimana ada 2 pasien (Ibu dan Anak) mengalami sakit, berasal dari Kabupaten Sarmi (Kabupaten baru di Papua). Pasien tersebut mengeluhkan sakit yang ada pada dirinya, begitu juga anaknya yang baru berusia 3 tahun yang menderita demam yang tinggi. Pasien tersebut mengeluhkan minimnya pelayanan di Kab. Sarmi, oleh karena itu ketika kapal yang ditumpanginya bersandar di Jayapura, maka dengan segera diperiksakan dirinya dan anaknya pada Klinik KKP Jayapura.

Proses timbang badan oleh Ibu Khristin Tumbole, Amd. Kep

Setelah diperiksa oleh Ibu dr. Wahyu Irianawati, dan juga melalui Labortorium Kesehatan oleh Sdr. Setianto Tana, Amd. AK dari hasil uji sampel darahnya maka didapatkan bahwa sang ibu yang tengah hamil 8 bulan tersebut menderita sakit malaria tropika ++++ (plus 4) dan anaknya menderita malaria tersiana +++ (plus 3).

Pemeriksaan sampel darah di Laboratorium oleh Sdr. Setianto Tana, Amd. AK

Oleh dr. Wahyu Irianawati memberikan masukan dan saran kepada sang ibu agar benar-benar memperhatikan kondisinya dan anaknya. Obat-obatan yang dipunyai poliklinik diberikan kepada pasien tersebut sekaligus diberitahukan tata cara mengkonsumsinya agar nantinya obat bisa bekerja dengan baik dan benar.

dr. Wahyu Irianawati sedang menjelaskan obat yang akan dikonsumsi pasien

Evaluasi Penelitian Obat Malaria (Arco) di Jayapura

RS Marthen Indey milik TNI AD yang berlokasi dikota Jayapura
(KKP Jayapura, Senin 1 Oktober 2007)
Badan Litbang Depkes (Pusat Biomedik) melaksanakan penelitian tentang obat baru malaria (Arco) di Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan bekerjasama dengan RS TNI AD Marthen Endey Jayapura, RS TNI AL Japura, serta RS Bhayangkara Jayapura yang menggunakan obyek penelitian adalah prajurit tentara dan polisi. Evaluasi penelitian mendapatkan bahwa pasien maupun dokter merasa sangat puas akan manfaat/khasiat obat arco tersebut.

Kelebihan obat ini terletak pada effikasi obat dan hanya sekali minum sembuh (single dose). Dari laporan pasien yang menggunakannya serta dokter yang langsung menangani pasien tersebut tidak ada efek samping obat seperti pada obat malaria pada umumnya (mual, pening, dsb). Formula obat ini berasal dari Kunming China yang sudah efektif digunakan di beberapa Negara di Asia. Hadir pada valuasi penelitian ini tim Litbang Depkes serta Prof Rianto (FK-UI).
Dipilihnya TNI dan Polri sebagai obyek penelitian merupakan suatu reward kepada TNI dan Polri. Selamat !!

dr. Erna, Direktur PP-BB berdiskusi dengan dokter RS TNI AD Marthen Indey tentang obat baru malaria

Merauke : Produk Daging Sapi dan Babi Asal China Ditarik dari Pasaran

(www.cenderawasihpos.com , Senin 1 oktober 2007)
MERAUKE- Penjualan produk import daging Sapi dan Babi asal Cina dalam bentuk cornet maupun sosis, di Merauke mulai ditarik dari pasaran. Penarikan itu dilakukan karena produk itu dinilai belum aman untuk dikonsumsi, karena sampai saat ini Cina belum bebas dari penyakit sapi gila dan penyakit yang menyerang babi. Penarikan itu mulai dilakukan oleh Tim Operasi Terpadu, Sabtu (29/9). Operasi terpadu yang terdiri dari Dinas Kesehatan, berbagai kesatuan dari Polres Merauke, Disperindag dan Badan Kesatuan Bangsa Kabupaten Merauke itu dipimpin langsung Kabag Ops Polres Merauke AKP Andhika Wiratama, SIK. Operasi terpadu yang dibagi 3 Tim tersebut memulai tugasnya dengan melakukan penarikan dan pemeriksaan sejumlah swalayan dan toko besar di sepanjang Jalan Raya Mandala.

Dari Operasi penarikan itu, cukup banyak produk tersebut yang berhasil ditarik, karena sejumlah swalayan dan toko masih menjual produk tersebut. ‘’ Kami tidak tahu kalau produk ini sudah harus ditarik, maka kita tetap jual,’’ kata seorang pemilik swalayan di Jalan Raya Mandala Merauke. Setiap jenis produk daging Sapi dan Babi asal China yang ditarik tersebut kemudian dicatat untuk dimusnakan. Namun begitu, ada juga sebagian swalayan dan toko tidak lagi menjualnya dan menyimpannya dalam gudang. ‘’Setelah kami mendengar ada penarikan di daerah lain, kita juga langsung mengeluarkannya. Tapi ini (sosis dan corent) juga kurang diminati masyarakat, mungkin masyarakat lebih suka daging yang lebih segar ketimbang yang sudah jadi. Paling lakunya 2-4 kaleng setiap bulan,’’ kata salah satu pemilik swalayan yang 2 hari sebelumnya menarik produk daging sapi asal Cina tersebut.

Selain penarikan dua produk daging asal Cina tersebut, Tim Terpadu juga memeriksa produk makanan dan minuman yang kemungkinan sudah kadaluarsa namun masih tetap dijual atau dipajang di katalase. Termasuk sejumlah produk manisan asal Cina yang mengandung fomalin yang sebelumnya telah melalui pemeriksaan. Juga produk kosmetika yang mengandung bahan berbahaya.Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap produk makanan dan minuman yang tidak memiliki nomor regitrasi maupun yang tidak memiliki tanda pemeriksaan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan atau dianggap illegal. Oleh petugas, para pemilik swalayan maupun kios iingatkan untuk tidak menjual produk daging sapi maupun Babi asal China tersebut. Termasuk produk makanan dan minuman yang batas waktu pemakaiannya hampir berakhir karena dapat berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan bisa membawa kematian. Termasuk produk yang tidak memiliki regitrasi dari Balai POM.

Selain penarikan dan pemeriksaan terhadap swalayan dan toko sepanjang Jalan Raya Mandala itu, menurut Kabag Ops AKP Andhika Wiratama, penarikan dan pemeriksaan juga akan dilakukan bagi swalayan dan toko yang ada di sejumlah tempat di dalam Kota Merauke termasuk yang Pasar Tradisional. ‘’Kami akan lakukan penarikan dan pemeriksaan di Pasar, karena besar kemungkinan produk makanan ini banyak dijual di pasar. Termasuk kami akan lakukan pemeriksaan produk makanan dan minuman yang kemungkinan sudah kadaluarsa tapi tetap dijual,’’ tandasnya. (ulo)

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3
Staf KKP Kelas II Jayapura Photo Bersama Setelah Kegiatan