Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

28 September 2007

Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi tim KKP Jayapura yang dipimpin langsung Kepala Kantor Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes beberapa waktu yang lalu yang berlangsung di Kantor Induk KKP Jayapura

Merauke : 33 Pertugas Puskesmas Dibekali Soal IMAI

(www.cenderawasihpos.com , 27 September 2007)
MERAUKE- Tingginya kasus penyebaran HIV dan AIDS di Papua sampai ke kampung-kampung, membuat Pemerintah terus memberikan penguatan bagi petugas kesehatan yang ada di kampung-kampung (puskesmas,red) dalam melakukan penanganan penderita HIV dan AIDS melalui IntegratedManagemen Of Addecent and Adult Ines (IMAI).Pelatihan yang berlangsung selama 10 hari di Merauke tersebut diikuti 33 tenaga kesehatan dari 4 kabupaten Merauke, Mappi,Asmat dan Boven Digoel. ‘’Pelatihan ini dalam rangka mempersiapkan perawat di puskesmas untuk memberikan perawatan kronik dan dasar pengobatan Anti Retro Viral (ARV)-obat untuk menahan perkembangan virus HIV dan AIDS dalam tubuh penderita, termasuk inisiasi, dukungan dan monitoring,’’ kata Kasubdin P2L Dinkes Merauke dr Nevil. Peserta sendiri, diberi praktek bagaimana melakukan penanganan terhadap seorangpenderita HIV/AIDS.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke dr Josef Rinta Riatmaka, M.Kes, berharap, setelah kembali ke tempat kerja masing-masing apa yang diperoleh selama pelatihan tersebut dapat diimplementasikan di tempatkerja. ‘’Pelatihan sebagus apapun kalau tidak ditindaklanjuti dan tidak diimplementasikan saya pikir tidak akan mendapatkan manfaat yang optimal,’’ katanya. Rinta juga mengingatkan selain bisa menangani manajemen IMAI tersebut, yang lebih penting lagi dengan memberikan penyadaran kepada masyarakat pentingnya menjaga perilaku. Karena di Papua, penyebaran HIV/AIDS umumnya lebih didominasi pada perilaku dengan berganti-ganti pasangan.

‘’Sehebat apapun ilmu-ilmu penyakit tanpa dibarengi denganperubahan perilaku juga tidak ada gunanya. Karena penyakit juga akan bertambah terus,’’ jelasnya. Dirinya juga mengingatkan agar petugas kesehatan tetap menjaga kerahasiaan dari pada penderita, serta tidak melakukan diskriminasi. Sebab menurutnya, selama ini penderita HIV/AIDS adalah orang-orang yangteristigma dalam masyarakat. ‘’Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk tidak memberikan stigma yang jelek dan diskriminasi kepada Odha,’’ tambahnya. (ulo)

21 September 2007

Direktur PP-BB (Dr. Erna) ke KKP Jayapura

(KKP Jayapura, 20 September 2007)
Pada tanggal 12 September 2007, Direktur PP-BB berkunjung ke kantor KKP jayapura. Pada kunjungan tersebut Direktur PP-BB memberikan presentasi kesiapsiagaan KKP Jayapura dalam rangka penanggulangan flu burung khsususnya sehubungan dengan penerapan IHR 2005 serta presentasi tentang penanggulangan kasus filariasis di Jayapura. Setelah pertemuan Direktur melaksanakan tatap muka dan ramah tamah dengan seluruh karyawan KKP Jayapura. Kunjungan Direktur PP-BB adalah dalam rangka evaluasi peneilitian obat baru malaria (arco) yang penelitiannya dilaksanakan di Jayapura.

Pada kesempatan itu Kepala KKP jayapura menjelaskan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh KKP Jayapura khususnya untuk peningkatan kompetensi teknis KKP Jayapura baik dari segi kualitas SDM maupun kelengkapan fasilitas dukungan seperti ambulance, dsb dalam rangka peningkatan performance KKP Jayapura di masa yang akan datang.

20 September 2007

Evakuasi Kasus Suspect Flu Burung diliput Metro Papua TV

Tanggal 31 Agustus 2007, Simulasi kasus suspect flu burung yang dilakukan oleh KKP Jayapura diliput media TV di Jayapura yaitu Metro Papua TV. Metro Papua TV adalah anak perusahaan PT Bangun Tanah Papua (BUMD) dan PT Media Televisi Indonesia (METRO TV) dimana merupakan satu-satunya stasiun TV berita dan informasi di Provinsi Papua. Siaran Metro Papaua TV saat ini dapat ditangkap secara teresterial di Jayapura (channel 28 UHF), di Merauke (Channel 32 UHF) dan di Sorong (Channel 30 UHF). Adapun Lokasi peliputan simulasi evakuasi ini berada di Pelabuhan laut Jayapura.

Bekerjasama dengan pihak Adpel, PT Pelindo, Agen Kapal, proses simulasi evakuasi kasus suspect flu burung dapat berjalan dengan baik. Unit Mobil Ambulans Evakuasi disiagakan berikut dengan bantuan tenaga medis Tim KKP Jayapura. Tim KKP Jayapura dengan cekatan melakukan proses evakuasi dari atas kapal, kemudian korban diturunkan kemudian dimasukkan kedalam mobil ambulans evakuasi setelah itu dibawa menuju RS rujukan kasus flu burung nasional (RS Dok II Jayapura).

Setelah proses evakuasi selesai, Mobil Ambulans Evakuasi ini kemudian diliput secara khusus oleh Metro Papua TV guna mendapatkan keterangan tentang kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh Ambulans Evakuasi. Kepala KKP Jayapura menyampaikan bahwa simulasi kesiapan ambulans evakuasi ini bertujuan untuk memantapkan kesiapsiagaan Provinsi Papua khususnya Kota Jayapura dalam rangka mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya kasus penyakit menular dengan tingkat penularan yang tinggi seperti flu burung dan SARS, dimana saat ini kasus flu burung pada hewan sudah ditemukan beberapa kejadian di Jayapura. Lebih detail tentang Ambulans evakuasi, dijelaskan oleh Ibu Dokter Wahyu Irianawati yang memimpin proses evakuasi.
Setelah mengambil adegan klip proses simulasi, Metro Papua TV melanjutkan peliputannya dengan mengambil adegan profil KKP Jayapura. Mulai dari tampilan kantor, fasilitas kantor, ruangan kantor, kegiatan didalam kantor sampai adegan penggunaan media informasi internet yang telah dipunyai KKP Jayapura yaitu penjelasan penggunaan situs website KKP Jayapura. Kepala Kantor, Bpk. Junghans Sitorus SKM, M.Kes mengatakan kepada kru Metro Papua TV “ Bahwa tujuan adanya website KKP Jayapura ini adalah agar masyarakat papua, dinas dan lembaga di provinsi Papua tahu akan kegiatan dan tupoksi KKP di Jayapura “. “ Masyarakat juga bisa mengetahui adanya fasilitas dari KKP Jayapura, sehingga mereka bisa nantinya memanfaatkan dan kami sendiri siapa melayani dan memberikan yang terbaik “ lanjut beliau.

Pada akhir proses peliputan, Kru Metro Papua TV diajak untuk beristirahat sejenak sambil beramah tamah dengan staf KKP Jayapura. Selain itu brosur profil KKP Jayapura diberikan sebagai informasi tambahan untuk pelengkap berita Metro Papua TV nantinya dan juga disajikan video klip profil KKP Jayapura agar Metro Papua TV mengetahui secara singkat tupoksi KKP Jayapura.

Sentani : Jumlah Penderita HIV/AIDS Capai 157 Kasus

(www.cenderawasihpos.com, 19 September 2007)
SENTANI - Fenomena gunung es sebagai gambaran penyebaran penyakit HIV/AIDS ini nampaknya bukan sekedar ungkapan biasa. Terbukti dengan semakin intensifnya upaya untuk pemeriksaan terhadap penderita HIV/AIDS melalui Voluntair and Conselling Test (VCT) yang dilakukan di masing-masing Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Jayapura, jumlah penderita HIV/Aids terus bertambah. Bahkan dari data Maret 2007 sebanyak 137 kasus, kini sudah bertambah lagi menjadi 157 kasus.“Dari data terakhir Juni 2007 lalu, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura bertambah lagi sebanyak 20 orang, sehingga jumlah pengidap HIV/AIDS saat ini ada sebanyak 157 orang,”ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura dokter Esterlina Ayomi saat ditemui di kantor bupati, Senin (17.9) kemarin.

Dari 157 kasus yang terdata di Dinas Kesehatan ini, menurut Esterlina, 80 diantaranya adalah kasus Aids sedangkan 77 kasus lainnya adalah positif HIV. Dikatakan bahwa seiring dengan pelaksanaan program IMAAI (Integrated Managemen Adult and Adolesence Illness) yang sedang gencar-gencarnya dilakukan di tiap puskesmas, maka kemungkinan besar kasus HIV/Aids ini akan terus mengalami penambahan yang cukup signifikan. “Kasus HIV/Aids akan terus meningkat, dan dalam jangka waktu tertentu cenderung menurun,”ungkapnya.Dikatakan bahwa melalui program IMAAI ini, maka setiap orang yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV/Aids akan diarahkan untuk mengikuti VCT di masing-masing Puskesmas. Menurutnya, saat ini di 12 puskesmas dan 1 rumah sakit di Kabupaten Jayapura ini sudah disiapkan tenaga yang menangani VCT. “Masing-masing pukesmas sudah ada satu orang manager kasus HIV/aids, dibantu tenaga konseling dan laboratorium,”jelasnya. (tri)

16 September 2007

Merauke : Seluruh Warga Boven Digoel Diberi Obat Filaria, Akan Dilakukan Selama 5 Tahun

(www.cenderawasihpos.com, 15 September 2007)
MERAUKE- Tingginya penderita Filaria atau kaki gajah beberapa daerah di Kabupaten Boven Digoel, membuat pengobatan secara massal dilakukan bagi seluruh warga di di daerah tersebut. ‘’Tahun ini merupakan tahun kedua pemberian obat Filaria secara menyeluruh bagi seluruh warga Boven Digoel yang dimulai sejaktahun 2006 lalu,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bobven Digoel, dr Titus Tambaip, M.Kes, kepada Cenderawasih Pos, baru-baru ini di Tanah Merah.

Pemberian obat Filaria secara menyeluruh tersebut, lanjut Titus, akan dilakukan selama 5 tahun. Dimana setiap warga harus meminum satu tablet obat Filaria dalam satu tahun. ‘’Ini diberikan untuk bagaimana tidak terjadi infeksi filariasis,’’ jelasnya. Sebab, berdasarkan hasil sample yang dilakukan di beberapa daerah Boven Digoel atas telah diperoleh hasil 7 kali lipat dari angka normal. ‘’Sehingga perlu ditangani secara khusus dan serius. Karena dampak darifilariasis ini sangat mengganggu. Sebab penderitanya tidak hanya menyerang orang tua tapi juga usia produktif,’’ terangnya. Selain program pemberian obat Filaria secara menyeluruh tersebut, menurut Titus, pihaknya juga akan mengkampanyekan kelambunisasi. Kelambunisasi ini, lanjutnya, terkait masih tingginya penderita malariadi daerah tersebut akibat tingkat kelembaban yang tinggi. ‘’Dibeberapa titik, malaria masih sangat endemis,’’ jelasnya. Kelambu yang akan dibagikan secara gratis tersebut, ungkap Titus sudah disiapkan.

Namun sebelum dibagikan pihaknya akan melakukansosialisasi kepada masyarakat pentingnya menggunakan kelambu untuk mengurangi kontak langsung dengan nyamuk. ‘’Nantinya kelambunisasi ini akan kami evaluasi. Kalau memberikan dampak yang positif dalam arti penderinya menurun, maka kami siapkan kelambu yang lebih banyak untuk dibagikan kepada masyarakat,’’ jelasnya. Dalam hal penderita malaria, menurutnya sebelum diberikan obat harus melalui pemeriksaan darah terlebih dahulu untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan menderi malaria. ‘’Kami sudah siapkan alatlaboratorium dan petugasnya di setiap puskesmas, sehingga setiap pasien yang datang dengan keluhan malaria harus melalui pemeriksaan darah lebih dulu apakah pasien yang bersangkutan benar menderita malaria baru diberi obat,’’ tambahnya. (ulo)

15 September 2007

Biak : Jumlah Penderita TB di Biak Masih Tinggi

(www.cenderawasihpos.co, 14 September 2007)
BIAK - Jumlah penderita TB Paru di Kabupaten Biak Numfor sampai saat ini masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh Cenderawasih Pos pada Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor hingga semester pertama atau Juni 2007, tercatat 138 orang penderita TB yang saat ini sedang diobati dengan menggunakan strategi DOTS.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor Drs. Sefnath Korwa, MS yang dikonfirmasi melalui Kasubdin P2M A Ridway Halim, S.Sos mengatakan dari 138 kasus TB yang dilaporkankan sejak bulan Januari hingga Juni 2007 melalui Puskesmas yang ada di Biak, 80 kasus merupakan BTA (positif) baru. Sementara itu 30 kasus lainnya masuk dalam kategori BTA negative rontgen positif.“ Kasus-kasus yang ditemukan tersebut tidak hanya ditemukan di wilayah kota tetapi juga di kampung-kampung. Dari 138 kasus yang dilaporkan 17 orang diantaranya merupakan anak-anak dan 9 kasus merupakan ekstrak paru,”jelasnyanya.

Dalam hal penanganan penderita TB, masalah kepatuhan dalam mengkonsumsi obat menurut Ridway Halim seringkali menjadi kendala dalam menuntaskan setiap kasus yang ditemukan. Hal ini menurutnya mengakibatkan masih seringnya ditemui adanya penderita TB kambuh atau penderita yang terpaksa kembali berobat karena belum sembuh total.”Untuk penuntasan masalah TB ini tentunya dibutuhkan peran keluarga dalam mengawasi penderita saat mengkonsumsi obat. Sebab obat yang diberikan harus dikonsumsi setiap hari selama 6 bulan,”ucapnya.Disinggung mengenai penanganan TB paru di Biak pasca dipendingnya aliran dana dari Global Fund, Ridway Halim mengatakan dipendingnya kucuran dana dari Global Fund memberikan pengaruh terhadap penanganan beberapa penyakit yang selama ini mendapat dukungan dari Global Fund. Namun secara umum hal tersebut tidak menjadi penghalang utama, sebab sampai saat ini penanganan penyakit TB masih berjalan dengan baik. ”Pengaruhnya tetantu tetap ada, tetapi secara umum program masih dapat berjalan,”tegasnya.(nat)

14 September 2007

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010 Diluncurkan

(www.depkes.go.id, 12 September 2007)
Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok tanah air. Setiap tahun, sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Masalah gizi lain yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan Kurang Vitamin A.

Demikian sambutan Menteri Kesehatan yang dibacakan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dr. Sri Astuti Soeparmanto, Msc (PH), dalam acara peluncuran Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010 (RAN-PANGAN DAN GIZI) di Jakarta, Rabu, 12 September 2007. Hadir pula dalam acara tersebut, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Paskah Suzzeta, dan Menteri Pertanian Ir. Anton Apriyantono.

Menkes menyatakan, masalah-masalah gizi tersebut sangat merisaukan karena mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingginya balita gizi buruk terkait dengan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu, bayi dan balita. WHO memperkirakan sekitar 60% penyebab langsung kematian bayi dan anak didasari oleh keadaan gizi yang jelek. Tingginya masalah gizi berkaitan dengan tingkat pendidikan masyarakat terutama kaum perempuan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan sosial ekonomi bangsa.

Sementara kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah keatas di perkotaan. Kelebihan gizi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular yang merupakan faktor penyebab kematian utama pada kelompok usia dewasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat, sangat kompleks. Secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yang saling berinteraksi, yaitu :
Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan, dan ini sangat terkait dengan daya beli keluarga.

Pola asuhan gizi keluarga yaitu kemampuan keluarga untuk memberikan makanan bayi dan anak, khususnya menyusui secara ekslusif dan pemberian makanan pendamping ASI. Pola asuhan gizi keluarga sangat terkait dengan upaya keluarga untuk memelihara kesehatan bayi dan balita serta menjaga lingkungan yang sehat.

Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, yaitu pemanfaatan fasilitas kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif seperti penimbangan balita di posyandu, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan bayi dan balita, suplementasi vitamin A dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), imunisasi dan sebagainya.

Dari ketiga faktor tersebut jelas perbaikan gizi dan kesehatan sangat terkait dengan perbaikan sektor lain, terutama pangan, daya beli dan pendidikan. Masalah gizi dan kesehatan tidak akan bisa ditanggulangi hanya dengan pendekatan pengobatan atau kuratif saja, tetapi harus mengedepankan upaya-upaya pencegahan dan peningkatan.

Bank Dunia berdasarkan berbagai penelitian menyimpulkan bahwa intervensi gizi yang berbasis pemberdayaan dan pendidikan gizi lebih cost effective dibandingkan dengan intervensi gizi langsung seperti subsidi pangan dan pelayanan kuratif lainnya. Oleh karena itu, keberhasilan perbaikan pangan dan gizi memerlukan komitmen bersama, yang dicerminkan dengan adanya koordinasi dan integrasi yang baik mulai dari tahapan perumusan kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, pemantauan dan evaluasi, ujar Menkes.


Menurut Menkes, Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi merupakan instrumen kebijakan yang mengintegrasikan berbagai kebijakan dan strategi sektor yang terkait dengan perbaikan gizi masyarakat. Dengan mengutip kesepakatan pertemuan konsultatif WHO/FAO di India tahun 2004 bahwa di dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi di suatu negara sekurangnya memerlukan 4 strategi utama, yaitu : (1) strategi dibidang peningkatan akses dan cakupan pelayanan gizi dan kesehatan yang berkualitas; (2) strategi yang diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga; (3) strategi untuk meningkatkan keamanan pangan, dan (4) strategi yang mengarah pada peningkatan pola menu sehat dan aktivitas fisik.


Dalam paparannya, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Paskah Suzzeta menyampaikan tujuan penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-Pangan dan Gizi) 2006-2010 antara lain, meningkatkan pemahaman peran pembangunan pangan dan gizi sebagai investasi untuk SDM berkualitas, meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi pangan dan gizi, dan meningkatkan koordinasi penanganan masalah secara terpadu.


Kepala Bappenas menambahkan, dalam RAN-Pangan dan Gizi terdapat 4 pilar, yaitu kecukupan gizi, aksesibilitas terhadap pangan, keamanan pangan dan pola hidup sehat. Maksudnya, untuk mencapai kecukupan gizi di tingkat rumah tangga dan individu, pangan yang tersedia harus dapat diakses oleh rumah tangga, sehingga konsumsi pangan dapat memenuhi kecukupan jumlah dan mutu gizi yang seimbang. Selanjutnya, keamanan pangan juga diperlukan sehingga bahan pangan dapat dikonsumsi secara untuk kesehatan individu dalam rumah tangga. Agar konsumsi pangan yang memenuhi gizi seimbang dan aman, dapat membentuk generasi yang sehat dan cerdas, maka perlu pula diiringi dengan pola hidup sehat.


Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id

Jayapura : Pemprov Bangun VCT di Sejumlah Kabupaten

(www.cenderawasihpos.com, 13 September 2007)
JAYAPURA-Meningkatnya angka kasus HIV/AIDS yang kini menembus angka 3.023, rupanya membuat Pemprov Papua melalui instansi teknis terkait terus melakukan berbagai upaya penanggulangan dan penanganan ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Salah satunya adalah dengan membangun VCT (voluntary conseling testing) di sejumlah kabupaten. Hal itu sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr Bagus Sukaswara kepada Cenderawasih Pos, kemarin. "Tahun 2007 ini kami akan membangun VCT di beberapa kabupaten,"ungkapnya.


Dikatakan, tujuan dibangunnya VCT di setiap kabupaten tersebut salah satunya untuk memudahkan para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) untuk mendapatkan pelayanan dan memperoleh informasi tentang pengobatannya sekaligus memberikan konseling terhadap ODHA itu sendiri. Sebab dari kenyataan yang terjadi, diketahui bahwa ODHA yang telah mendapatkan ARV (obat yang harus dikonumsi oleh ODHA untuk menekan laju pertambahan virus) tidak boleh berhenti. "Ini juga yang menjadi salah satu alasan kenapa VCT harus ada di setiap kabupaten,"terangnya.Tak hanya sampai di tingkat kabupaten, Pemprov juga tengah berupaya agar VCT ini ada di tingkat distrik (Puskesmas) sehingga para ODHA dengan mudah mendapatkan pelayanan. "Sebab yang kami tahu HIV ini telah ada di hampir seluruh daerah di Papua bahkan di pedalaman sekalipun," ujarnya.

Karena itu, harus diupayakan agar ODHA dengan mudah mendapatkan obat di manapun dia berada.Khusus pembangunan VCT ini, Pemprov Papua bahkan mentargetkan bahwa diakhir 2007 ini setiap kabupaten selain di rumah sakit ada 1 hingga 2 Puskesmas yang memiliki fasilitas VCT. "Diupayakan seperti itu, setiap rumah sakit di kabupaten harus memiliki fasilitas VCT dan minimal juga harus memiliki 1 sampai 2 Puskesmas yang memiliki VCT," katanya. Untuk itu, kata dr Bagus sekarang ini Pemprov Papua sedang mengupayakan untuk melatih petugas VCT di kabupaten sehingga dapat memberikan pelayanan kepada ODHA dengan sebaik-baiknya.(ta)

13 September 2007

Rapat Koordinasi Staf Wilker Sentani

Pada awal bulan September 2007 bertempat di Kantor Wilker Sentani dilakukan rapat koordinasi staf wilker Sentani, dalam rangka memantapkan tupoksi KKP khususnya diwilayah kerja Bandara Sentani Jayapura.

Puasa Sehat, Puasa Penuh Berkah

(www.kapanlagi.com)
KapanLagi.com - Tanpa terasa bulan puasa telah tiba, bulan suci penuh ampunan dan penuh makna. Selain sebagian dari ibadah, puasa juga memberikan manfaat untuk tubuh kita, mengistirahatkan dan mengurangi beban organ tubuh, membersihkan tubuh dari racun. Bahkan di negara-negara maju, puasa dijadikan sebagai salah satu upaya terapi (fasting therapy) untuk penyembuhan beberapa penyakit, khususnya penyakit akibat kelebihan makan.

Sayang tak semua umat muslim bisa menjalankan puasa dengan lancar, untuk sebagian umat muslim yang memiliki ganguan kesehatan tentu bukan urusan yang mudah bertahan dengan perut kosong selama berjam-jam. Agar puasanya lebih sempurna berikut ini beberapa petunjuk berpuasa lebih nyaman dan bermakna seperti yang dituturkan Dr. Farouk Haffejee dalam jurnal Islamic Medical Association of South Africa.

Selama berpuasa berat badan kita tak harus berubah, mungkin pola makan sedikit berpengaruh dengan timing puasa, namun jika Anda memiliki bobot tubuh overweight, bulan puasa adalah waktu yang ideal untuk menurunkan bobot tubuh.

Karena perut dibiarkan kosong selama beberapa jam, akan lebih baik jika mengkonsumsi makanan yang lunak dan mudah dicerna termasuk makanan yang kaya serat saat sahur dibanding mengkonsumsi makanan keras. Makanan lunak akan bertahan lama di perut sampai delapan jam sementara makanan keras hanya mampu bertahan sekitar tiga sampai empat jam.

Makanan yang bisa dicerna lambat oleh pencernaan sehingga kadar gula dalam tubuh naik secara perlahan selain lebih banyak mengandung serat dan vitamin. Jenis makanan yang termasuk karbohidrat kompleks bisa kita dapatkan dari jenis biji-bijian seperti gandum, buncis, tepung kaya protein, beras, semolina (gandum yang banyak digunakan untuk membuat pasta), barley.


Sedangkan makanan yang cepat dicerna tubuh adalah makanan yang termasuk jenis karbohidrat simpleks yang merupakan karbohidrat yang cepat diserap tubuh, karena banyak mengandung glukosa dan siap diserap. Yang termasuk didalamnya antara lain gula, susu, permen, dan cookies.

Makanan kaya serat terdiri dari gandum utuh, butir dan bibit yang berisi bekatul, sayur seperti buncis hijau, kacang polong, sumsum, mealies, bayam, daun umbi bit (kaya zat besi), buah-buahan yang bisa dimakan beserta kulitnya, buah-buahan kering terutama aprikot, ara dan buah prem kering kering dan kacang almon.

Seperti halnya makanan yang kita konsumsi setiap hari, selama bulan puasa usahakan tetap mengkonsumsi makanan dengan komposisi seimbang, karbohidrat, daging/ayam/ikan, roti/sereal serta produk olahan susu. Batasi konsumsi makanan yang digoreng, karena makanan yang digoreng menyebabkan gangguan pencernaan, problem jantung, serta masalah berat badan.

Yang Harus Dihindari:
- Makanan yang digoreng dan berlemak- Makanan kaya gula- Makan berlebihan di waktu sahur- Terlalu banyak minun teh saat sahur. Teh memaksa kita sering buang air kecil, dan akan membuang banyak mineral alami tubuh yang dibutuhkan tubuh kita saat berpusa.- Merokok. Jika Anda tak bisa berhenti merokok, cobalah mulai membiasakan diri mengurangi rokok selama beberapa minggu sebelum puasa.


Yang Harus Dikonsumsi:
- Makan makanan yang mengadung karbohidrat saat sahur, akan membantu tubuh tetap fit dan tak lemas saat melakukan aktifitas di siang hari.- Makanan yang mengandung protein.- Makanan yang mengandung gula, serat, potassium dan magnesium, banyak dijumpai pada buah-buahan, seperti jeruk, pisang, kacang almon yang kaya serat dan sedikit lemak.- Minum banyak air putih dan jus buah diantara waktu berbuka dan menjelang tidur, untuk memudahkan tubuh mengatur tingkat perubahan saat berpuasa.

Gangguan penyakit saat berpuasa
- Konstipasi (sembelit)

Susah buang air besar sering dialami saat berpuasa. Sembelit bisa menyebabkan ambein (haemorroids), rasa nyeri disaluran anal dan gangguan pencernaan yang membuat perut terasa kembung. Kondisi ini normal saat kita berpuasa karena tubuh banyak menyaring makanan, kurang minum (cairan) dan kurang konsumsi serat. Untuk mencegah hal ini cobalah saat berbuka dan sahur perbanyak makan-makanan tinggi serat (misal: dari biji-bijian dan buah-buahan), banyak minum air putih dan jika ingin mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak pilihlah roti atau gandum yang mengandung bekatul.

- Gangguan pencernaan
Saat berbuka kita sering tak bisa mengontrol diri untuk Penyebab: makan berlebihan, terlalu banyak mengkonsumi makanan yang digoreng dan berlemak, makanan pedas, dan makanan yang memicu produksi gas, seperti telur, kubis, minuman berkarbornasi. Untuk menghindari hal tersebut hindari makan terlalu berlebihan saat berbuka puasa, kurangi minuman mengandung soda, akan lebih baik jika banyak mengkonsumsi jus buah dan air mineral. Hindari makan yang digoreng dan makanan yang memproduksi gas.


- Tekanan darah rendah
Keringat yang berlebihan, rasa lemas, letih, lesu, tak ada enrgi, pusing terutama saat bangun dari posisi duduk, pucat, dan merasa ingin pingsan merupakan gejala- gejala yang umum dijumpai pada penderita tekanan darah rendah. Hal ini lebih sering terjadi pada siang hari. Biasanya gangguan ini terjadi karena sedikitnya jumlah konsumsi cairan dan kurangnya konsumsi garam. Untuk mencegahnya cobalah mulai meningkatkan konsumsi cairan dan garam dengan jumlah melebihi yang biasa Anda konsumsi. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum menjalankan puasa Ramadhan.


- Sakit kepala
Sakit kepala atau pening selalu dialami beberapa orang saat berpusa, karena mereka harus menghilangkan kebiasaan yang biasa dilakukan di siang hari, seperti merokok, minum kopi atau rutinitas kerjaan yang menuntut banyak tenaga, dan menahan rasa kantuk. Sakit kepala ini semakin parah jika dibarengi tekanan darah rendah, bahkan menyebabkan rasa mual sebelum waktu berbuka.Untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit kepala, stop konsumsi kopi dan merokok beberapa minggu sebelum ramadhan. Untuk menghindari ngantuk disiang hari, atur kembali jadwal tidur selama bulan Ramadhan.

- Gula Darah Rendah
Lesu, pening, mudah lelah, konsentrasi buruk, mudah berkeringat, merasa goncang (tremor), tak dapat melakukan aktivitas fisik, sakit kepala, adalah gejala- gejala yang sering dijumpai pada penderita gula darah rendah. Untuk penderita yang bukan termasuk penderita diabetes, gejala ini disebabkan karena memiliki terlalu banyak gula, misalnya terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat saat sahur. Karena tubuh menghasilkan banyak insulin, dan membuat glukosa darah menurun, yang membuat tubuh lemas. Untuk mencegah hal ini kurangi makanan yang manis-manis saat sahur. Bagi penderita diabetes (kencing manis), dianjurkan berkonsultas dengan dokter mereka untuk menjalani puasa.- Kejang Otot (kram otot)Kurang konsumsi kalsium, magnesium dan kalium bisa menyebabkan kram otot, cobalah mengkonsumsi makanan kaya mineral misalnya produk susu, daging, buah-buahan dan sayur mayur.


- Bisul Perut dan Radang Perut
Naiknya asam lambung pada perut kosong saat berpuasa semakin memperburuk kondisi tersebut, perut bagian atas (ulu hati) terasa terbakar dan menyebabkan rasa tak enak diperut. Hindari makana pedas, kopi dan minuman bersoda untuk mencegah kondisi semakin buruk. Cobalah berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalankan puasa.

- Batu Ginjal
Batu ginjal terjadi pada orang yang kurang minum, karena itu untuk penderita bantu ginjal, perbanyak minum saat berbuka dan sahur untuk mencegah pembentkan batu ginjal.- Perut Bebas Racun
Saat berpuasa perut kita kosong selama beberapa jam, kekosongan usus perut bisa mengurangi peluang terjadinya kontak antara senyawa beracun dengan usus, sehingga bisa mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit, terutama kanker kolon yang timbul karena terjadinya kontak secara terus-menerus antara senyawa karsinogenik (penyebab kanker) dengan dinding kolon.


Salah satu dampak negatif dari makan yang berlebih adalah menumpuknya racun dalam tubuh dan hati harus bekerja keras melawan racun tersebut agar tidak meracuni tubuh. Jika hati tak mampu menetralkan racun, maka racun otomatis akan terbawa aliran darah ke berbagai sel dan organ tubuh lainnya dan akan menimbulkan berbagai penyakit.Namun saat kita berpuasa, terjadilah proses pengeluaran zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi) yang bersifat total dan menyeluruh, pembersihan tak hanya menyangkut kepentingan fisik, tetapi juga mencakup pembersihan dan peningkatan energi. Selain memiliki sisi positif bagi kesehatan tubuh, puasa juga membantu mengendalikan stres dan memberi ketenangan jiwa. Selamat menjalankan puasa! (eat-halal/rit)

Jayapura : 375 Warga Dok VIII Pantai Berobat Gratis

JAYAPURA-Sebanyak 375 warga yang berada di sekitar Dok VIII Pantai, Kelurahan Imbi, Distrik Jayapura Utara, mengikuti pengobatan massal (gratis) yang digelar Bhayangkari Daerah Papua bekerjasama dengan BNP dan Biddokes Polda Papua, Selasa (11/9). Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokes) Polda Papua, Kombes Pol dr Rusdianto mengatakan, dari 375 warga yang berobat itu, kebanyakan terserang infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) seperti batuk dan pilek, kemudian juga yang terserang penyakit kulit, penyakit sendi, grastitis serta penyakit lainnya.

Dalam kegiatan ini, pihaknya melibatkan 7 orang dokter, seorang dokter gigi, seorang apoteker, para medis 15 orang dan non medis 7 orang. Sementara Kepala Distrik Jayapura Utara, Dominggus Kondologit,SH sangat berterima kasih atas digelarnya pengobatan massal ini.Di tempat yang sama, Ketua Bhayangkari Daerah Papua, Ny Max Donald Aer menjelaskan, tempat ini menjadi sasaran kegiatan karena wilayah Jayapura Utara penduduknya paling padat dibanding distrik lain di Kota Jayapura ini.Dimana jika penduduk yang padat biasanya akan muncul dampak buruk bagi kesehatan yang diakibatkan masalah sampah maupun air. Karena itu, pihaknya meminta kepada masyarakat agar merubah pola hidup yang selama ini dinilai kurang baik.

Pada kesempatan ini, Ketua Bhayangkari Daerah Papua ini juga menghimbau masyarakat supaya menghindari minuman keras, terlebih Miras yang dibuat dari alkohol murni. Sebab minuman seperti ini sangat membahayakan bagi kesehatan dan bisa menimbulkan kebutaan, serta kematian."Alkohol murni itu adalah obat luar, seperti untuk membersihkan luka. Bila diminum, maka akan sangat membahayakan karena akan melemahkan fungsi saraf dan mengecilkan organ vital," terangnya. Apabila sudah terjadi demikian, lanjutnya, maka jalan satu-satunya adalah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. "Oleh karenanya, bagi yang biasa minum, tolong dikurangi dan kalau bisa dihentikan. Bertobatlah sebelum terlambat,"himbaunya.(fud)

11 September 2007

Pemanasan Global Tingkatkan Kasus Flu Burung

(www.antara.co.id, 10 September 2007)
Bogor (ANTARA News) - Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya kasus flu burung (Avian Influenza/AI) karena meningkatnya suhu udara mendorong peningkatan penguapan sehingga kondisi udara lebih lembab, sementara virus AI sangat menyukai kondisi lembab dan dingin.Oleh karena itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) akan mengupayakan agar efek pemanasan global terhadap peningkatan kasus AI ini bisa dimasukkan dalam pembahasan sidang UN Forum on Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali, Desember mendatang.Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMG, Prof Mezak A Ratag mengatakan di Bogor, Senin, masalah tersebut --efek pemanasan global terhadap peningkatan kasus AI-- memang belum dikaji oleh Panel Antar-pemerintah untuk Perubahan Cuaca (Intergovernmental Panel on Climate Change)."Masalah ini belum masuk `assessment` perubahan iklim UNFCCC," katanya.

BMG, kata dia, akan melakukan pemetaan iklim (mikro klimat) di tingkat sub kabupaten sehingga bisa digunakan sebagai sistem peringatan dini bagi penyebaran virus flu burung."Kalau tadinya BMG hanya fokus (pemetaan iklim) untuk masalah pangan, sekarang juga ke masalah penyebaran penyakit," katanya.Sementara itu, peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), Agik Suprayogi mengatakan, angka kejadian AI di daerah tropis tinggi karena wilayah ini kelembabannya juga tinggi."Ada hubungan antara karakter klimat (mikro klimat) dengan kasus kejadian AI," katanya.Riset yang dilakukannya sejak 2003 tersebut mengambil sampel Bogor dan masih harus dipertajam lagi untuk skala nasional.Menurut hasil riset Agik, Bogor merupakan salah satu daerah potensial terjadi wabah flu burung karena karakter klimat di Bogor cenderung mengarah ke temperatur hangat, curah hujan tinggi dan sangat lembab.

Kemungkinan kondisi ini sangat disenangi oleh virus flu burung.Pada Desember 2004 sampai Februari 2005 terjadi wabah flu burung di Bogor karena bulan-bulan tersebut merupakan bulan yang lembab dengan temperatur udara rendah.Dengan adanya gambaran mengenai hubungan antara perubahan cuaca dan kejadian penyakit, maka dapat diperoleh metode untuk sistem peringatan dini bagi masyarakat."Seperti juga halnya untuk demam berdarah, masyarakat sudah tahu pada waktu-waktu kapan saja kita mesti ekstra hati-hati mengantisipasi penyebaran penyakit," katanya.(*)

06 September 2007

Latihan SAR Karuna Nisevanam 144/2007

Tim SAR dari Helikopter sedang turun untuk menyelamatkan korban kapal laut pada latihan SAR yang bertempat di Dermaga Porasko, TNI AL Jayapura
(KKP Jayapura, 5 September 2007)
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kerjasama koordinasi antara instansi terkait dalam upaya penyelamatan korban bencana alam dan kecelakaan transportasi, Kantor SAR Jayapura selama 3 hari (21 – 23 Agustus 2007) menggelar latihan SAR yang diberi nama Karuna Nisevanam 144/2007. Kegiatan ini berisi praktek dan demontrasi dilapangan.

Tim KKP Jayapura sedang mengangkat korban kecelakaan dari kapal pada saat latihan SAR

KKP Jayapura ikut serta berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Sebanyak 5 orang staf dan mobil Ambulance Emergecy bersama-sama instansi lainnya mengikuti praktek dan demonstrasi yang bertempat didaerah bandara Sentani (hari ke2) dan Pangkalan Laut, Markas TNI AL – Porasko (hari ke 3).


Tim SAR KKP Jayapura

Supiori : Dinkes Seriusi Masalah HIV/AIDS

(www.cenderawasihpos.com, Rabu 5 September 2007)
SUPIORI-Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori pada tahun 2007 ini, memberikan perhatian serius terhadap penanggulangan dan pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupaten Supiori. Meskipun menurut data yang ada sampai saat ini jumlah kasus HIV/AIDS di Supiori sebanyak 17 kasus, namun menurut Kepala Dinas Kesehatan Dr.Jenggo Suwarko, kasus ini cukup mengkhawatirkan bila dibandingkan jumlah penduduk Supiori yang hanya sekitar 14.000 lebih.Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Supiori, pada tahun 2007 ini Dinas Kesehatan menurut Jenggo Suwarko telah menyiapkan beberapa program. Diantaranya sosialisasi serta program pendampingan bagi para ODHA. Agar program kerja yang akan dilaksanakan nanti dapat berjalan dengan baik dan lebih terarah, maka langkah awal yang dilakukan yaitu pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).

"Pembentukannya saat ini sedang kami proses dan kami harapkan dapat segera rampung dalam waktu dekat. Setelah lembaga ini terbentuk kita harapkan program untuk penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS lebih terarah pelaksanaannya dan lebih efektif,"ungkapnya kepada Cenderawasih Pos Senin (3/9).Dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, Dr.Jenggo Suwarko mengatakan keterlibatan gereja dan lembaga kemasyarakatan lainnya, seperti LSM sangat diperlukan. Untuk itu, dalam program kerja yang dilaksanakan, Dinas Kesehatan menurutnya telah melibatkan gereja serta LSM. "Kita ada kerjasama dengan LSM yang selama ini peduli dengan masalah HIV/AIDS dan saat ini mereka sedang mengiktui program pelatihan di Jayapura. Kita juga akan bekerjasama dengan gereja dalam melakukan sosialisasi serta pendampingan bagi ODHA,"ucapnya.

Selain akan melakukan kegiatan sosialiasi serta penyuluhan masalah HIV/AIDS ke kampung-kampung, Dinas Kesehatan sesuai dengan arahan Bupati yang memberikan perhatian serius terhadap masalah HIV/AIDS, menurut Jenggo Suwarko akan melaksanakan konsultasi dan test secara sukarela terhadap aparat pemerintah daerah, khususnya terhadap para pejabat di Supiori. Untuk pelaksanaan program tersebut, Dinkes menurut Jenggo Suwarko akan membangun fasilitas VCT di Puskesmas Masram.Untuk menunjukkan program penanggulangan HIV/AIDS, tahun anggaran 2007 ini Pemkab Supiori mengalokasi dana Rp.100.000.000 . Dana tersebut menurut Kadinkes pada tahun-tahun mendatang akan ditingkatkan."Dana ini merupakan stimulant dan apabila program yang kita laksankan tahun ini berjalan efektif kemungkinan tahun mendatang alokasi dananya akan ditingkatkan,"tambahnya.(nat)

Merauke : Dibutuhkan Keterlibatan Seluruh Stakeholder, Dalam Penanganan Rehabilitasi Sosial di Masyarakat, Termasuk HIV/AIDS

(www.cenderawasihpos.com, Rabu 5 September 2007)
MERAUKE- Wakil Bupati Merauke Drs Waryoto, M.Si mengungkapkan, dalam melakukan rehabilitasi social yang terjadi di masyarakat diperlukan kerjasama dan keterlibatan seluruh stakeholder baik antar intansi pemerintah, maupun dengan tokoh-tokoh masyarakat, adat, agama, pemuda maupun perempuan. Salah satunya yang perlu mendapat perhatian ekstra, yakni penanggulangan HIV dan AIDS serta penyakit menular seksual (IMS) maupun penganggulangan penggunaan obat-obat terlarang, Narkotika dan Psikotropika (Napza).

Hal itu diungkapkan Wabup Waryoto pada Sosialisasi Pelaksanaan Program dan rehabilitasi Sosial dalam membangun kerjasama antar intansi terkait dalam menyikapi penyebaran HIV/AIDS dan Napza, berlangsung di Noken Sai Hotel Asmat, Merauke, Selasa (4/9).Menurut Wabup Waryoto, untuk HIV/AIDS, sejak ditemukan pertama kalinya di Merauke, pemerintah bersama LSM peduli HIV/AIDS telah melakukan berbagai program penanggulangan baik melalui sosialisasi bahaya HIV/AIDS maupun melalui pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS tersebut. Sosialisasi itu, tidak hanya difokuskan bagi warga yang ada di dalam kota tapi telah sampai ke kampung-kampung. Dirinya juga mengingatkan agar para penderita HIV/AIDS tidak dikucilkan dari tengah-tengah masyarakat tapi sebaliknya diberi harapan dan semangat hidup. Sebab, sampai saat ini diskriminasi terhadap para Odha masih sangat dirasakan oleh para penderita HIV/AIDS.

Sementara itu, dalam dialog tentang Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2003 tentang penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Merauke, para peserta menilai Perda tersebut belum berjalan secara optimal terutama menyangkut sanksi bagi yang melanggarnya dan hak-hak yang memberikan perlindungan bagi yang pekerja di tempat-tempat hiburan. Disamping itu, kurangnya sosialisasi atas keberadaan Perda tersebut. Menyadari itu, Kabag Hukum SM Silibun yang memaparkan materi Perda tersebut mengatakan kedepan akan mencoba untuk memperbanyak sosialisasi ke masyarakat sehingga keberadaan peraturan daerah tersebut diketahui masyarakat. Kegiatan ini, tambah Ketua Panitia A. Rum Metalmeti, S.Sos, MM dari Dinas Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat bertujuan untuk membangun satu pemahaman bersama dengan seluruh Stakeholder yang ada dalam melakukan penanganan sosial di Kabupaten Merauke. “Pesertanya selain dari tempat hiburan, juga tokoh-tokoh agama, masyarakat, pemuda, perempuan dan adat, juga dari instansi terkait,’’ tambahnya. (ulo)

05 September 2007

Pada Kasus Flu Burung di Indonesia: Tidak Ada Penularan dari Manusia ke Manusia

(www.depkes.go.id 04 Sep 2007)
Sampai saat ini, kasus flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ditularkan dari unggas ke manusia. Tidak terjadi penularan dari manusia ke manusia. Hasil sekuensing virus H5N1 asal Indonesia, termasuk dari kasus flu burung terakhir di Bali, yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Atlanta, Amerika Serikat telah membuktikan tidak terjadi penularan antar manusia. Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan dalam dan luar negeri di Jakarta, 3 September 2007.

Menkes menyampaikan hal itu menanggapi pemberitaan di berbagai media massa yang mengutip hasil studi Dr. Ira Longini dan tim dari Fred Hutchinson Cancer Research Center dan University of Washington, Seatle, Washington, Amerika Serikat. Dalam studi yang menggunakan model statistik menyimpulkan telah terjadi penularan virus antar manusia secara terbatas pada kasus kluster di Karo, Sumatera Utara. Para peneliti AS ini telah mengembangkan perangkt lunak “TransStat� untuk mendeteksi Flu Burung dan bisa diakses secara gratis di National Institutes oh Health’s Models of Infectious Diseases Agent Study. “Di dunia medis/kedokteran studi dengan pendekatan statistik tidak dapat dijadikan sebagai acuan. Menyikapi hasil studi tersebut, saya nyatakan bahwa sampai saat ini, kasus flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ditularkan dari unggas ke manusia. Tidak terjadi penularan dari manusia ke manusia“, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, menurut WHO untuk memastikan terjadinya penularan virus flu burung dari manusia ke manusia digunakan kriteria sinyal epidemiologi dan sinyal virologi. Sinyal epidemiologi antara lain ditandai adanya klaster penderita flu burung dengan penularan generasi kedua atau lebih tanpa hubungan darah antar generasi dan atau adanya penularan kepada petugas kesehatan yang merawat penderita flu burung. Generasi penularan kedua yaitu apabila kasus awal menularkan kepada orang kedua, dan orang kedua menularkan ke orang ketiga dan seterusnya, ujarnya.

Sedangkan sinyal virologis dideteksi melalui pemeriksaan isolat H5 yang diperoleh dari kegiatan investigasi rutin KLB flu burung. Pemeriksaan isolat virus hanya dilakukan oleh laboratorium yang telah memenuhi syarat biosafety WHO, Menkes menambahkan.

Analisa yang dilakukan oleh Dr. Longini dan tim merupakan riset yang menarik, namun tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Sampai saat ini tidak ada tes yang memberikan konfirmasi atau membuktikan adanya penularan dari manusia ke manusia, ujar Menkes.

Studi tersebut bukan analisa virologi, klinis ataupun epidemiologis. Karena itu WHO berkesimpulan bahwa penularan virus flu burung dari manusia ke manusia yang efektif dan sustained (berkelanjutan) “tidak terjadi di manapun di dunia ini termasuk Indonesia. Karena itu dunia masih berada pada fase 3 dari fase pandemi, yaitu penularan dari hewan ke manusia, Menkes menambahkan.
Menkes justru merasa heran, kenapa hasil studi yang dilakukan sejak tahun 2006 baru diumumkan sekarang. Jangan-jangan ada upaya untuk menggagalkan upaya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan “Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim di Bali tanggal 3-14 Desember 2007", ujar Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

04 September 2007

Pada Kasus Flu Burung di Indonesia: Tidak Ada Penularan dari Manusia ke Manusia

(www.dephut.go.id 04 Sep 2007)
Sampai saat ini, kasus flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ditularkan dari unggas ke manusia. Tidak terjadi penularan dari manusia ke manusia. Hasil sekuensing virus H5N1 asal Indonesia, termasuk dari kasus flu burung terakhir di Bali, yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Atlanta, Amerika Serikat telah membuktikan tidak terjadi penularan antar manusia. Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan dalam dan luar negeri di Jakarta, 3 September 2007.

Menkes menyampaikan hal itu menanggapi pemberitaan di berbagai media massa yang mengutip hasil studi Dr. Ira Longini dan tim dari Fred Hutchinson Cancer Research Center dan University of Washington, Seatle, Washington, Amerika Serikat. Dalam studi yang menggunakan model statistik menyimpulkan telah terjadi penularan virus antar manusia secara terbatas pada kasus kluster di Karo, Sumatera Utara. Para peneliti AS ini telah mengembangkan perangkt lunak “TransStat” untuk mendeteksi Flu Burung dan bisa diakses secara gratis di National Institutes oh Health’s Models of Infectious Diseases Agent Study. “Di dunia medis/kedokteran studi dengan pendekatan statistik tidak dapat dijadikan sebagai acuan. Menyikapi hasil studi tersebut, saya nyatakan bahwa sampai saat ini, kasus flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ditularkan dari unggas ke manusia. Tidak terjadi penularan dari manusia ke manusia“, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, menurut WHO untuk memastikan terjadinya penularan virus flu burung dari manusia ke manusia digunakan kriteria sinyal epidemiologi dan sinyal virologi. Sinyal epidemiologi antara lain ditandai adanya klaster penderita flu burung dengan penularan generasi kedua atau lebih tanpa hubungan darah antar generasi dan atau adanya penularan kepada petugas kesehatan yang merawat penderita flu burung. Generasi penularan kedua yaitu apabila kasus awal menularkan kepada orang kedua, dan orang kedua menularkan ke orang ketiga dan seterusnya, ujarnya.

Sedangkan sinyal virologis dideteksi melalui pemeriksaan isolat H5 yang diperoleh dari kegiatan investigasi rutin KLB flu burung. Pemeriksaan isolat virus hanya dilakukan oleh laboratorium yang telah memenuhi syarat biosafety WHO, Menkes menambahkan.

Analisa yang dilakukan oleh Dr. Longini dan tim merupakan riset yang menarik, namun tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Sampai saat ini tidak ada tes yang memberikan konfirmasi atau membuktikan adanya penularan dari manusia ke manusia, ujar Menkes.

Studi tersebut bukan analisa virologi, klinis ataupun epidemiologis. Karena itu WHO berkesimpulan bahwa penularan virus flu burung dari manusia ke manusia yang efektif dan sustained (berkelanjutan) “tidak terjadi di manapun di dunia ini termasuk Indonesia. Karena itu dunia masih berada pada fase 3 dari fase pandemi, yaitu penularan dari hewan ke manusia, Menkes menambahkan.
Menkes justru merasa heran, kenapa hasil studi yang dilakukan sejak tahun 2006 baru diumumkan sekarang. Jangan-jangan ada upaya untuk menggagalkan upaya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan “Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim di Bali tanggal 3-14 Desember 2007", ujar Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Manokwari : Sarankan PNS Lingkungan Pemprov Tes HIV/Aids, Workshop Hasilkan 12 Strategis dan Kebijakan

(www.radarsorong.com, Senin 03 September 2007)
MANOKWARI-Workshop Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Penanggulangan HIV/AIDS selama 4 hari (28Agustus-1 September) di ruang Serbaguna Bank Papua Manokwari hasilkan 12 strategis dan kebijakan serta program kerja yang akan dilaksanakan guna meluaskan penyebaran virus mematikan ini. Juga menghasilkan beberapa Rencana Aksi Daerah (RAD) dengan tujuan dan sasaran utama adalah menurunkan angka penularan kasus baru HIV pada masyarakat di Papua Barat hingga tahun 2012.Wakil Gubernur Papua Barat, Drs Rahimin Katjong, M.Ed ketika menutup kegiatan ini, Sabtu (1/9) mengemukakan, telah terbentuk KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Provinsi Papua Barat. Sesuai ketentuan, Gubernur bertindak sebagai ketua umum sedangkan Wakil Gubernur sebagai Ketua Harian. KPA Prov Papua Barat diharapkan segera dilantik guna melaksanakan program strategis dan kebijakan serta aksi daerah. “Virus ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk menanganinya bukan hanya dinas kesehatan,” ujar Wagub di hadapan para peserta Workshop yang berasal dari sejumlah kalangan.Bahkan pada kesempatan ini mantan Kepala Dinas P dan P Provinsi Sulawesi Tenggara ini menyarankan supaya di setiap instansi di lingkungan Pemprov Papua Barat mengadakan tes HIV/AIDS.

Hal ini sangat penting untuk mengetahui penyebaran sehingga dapat dicegah penularannya. ”Bila perlu suatu ketika dilakukan pemeriksaan (HIV/AIDS) di semua instansi. Saya sebagai Wagub yang pertama menyatakan kesiapan,” tukasnya yang disambut tepuk tangan hadirin.Ada pun 12 strategis dan kebijakan yang dihasilkan dalam Workshop diantaranya, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap IMS (infeksi menular seksual) HIV/AIDS melalui komunikasi, informasi dan edukasi, mengimplementasikan Perpres No 75/2006 serta Permendagri No 2/2007 secara konsekuen oleh semua pihak, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS harus melibatkan semua sektor, meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, penggunaan kondom 100 %, perlindungan terhadap ODHA dan OHIDA dalam menghilangkan stigma dan diskriminasi.Kebijakan lainnya, semua ibu hamil wajib mendapatkan layanan konseling dan tes HIV secara sukarela, penerapan kesadaran umum pada setiap tindakan, pengurangan dampak buruk pada pengguna narkoba suntik, adanya dukungan terhadap remaja dan pemuda melalui pendidikan formal dan non formal. Adanya pusat data dan informasi yagn akurat tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di provinsi, kabupaten/kota serta penyediaan darah donor yang aman pada setiap layanan transfusi darah.Wagub berharap agar rencana strategis dan kebijakan yang telah dihasilkan dapat dilaksanakan. Penyebaran HIV/AIDS harus segera dihentikan karena dapat menjadi bencana sosial, ekonomi dan budaya.”Jumlah kasus sudah sangat mengkuatirkan. Kita semua harus bekerja keras agar tidak berdampak lebih besar,” jelasnya menghumbau.(lm)

Sorong : Di Kamnas, Dominan Penyakit ISPA dan Kulit

(www.radarsorong.com, Selasa 4 September 2007)
SORONG-Tim Penggerak PKK Kota Sorong gelar pengobatan massal dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang kelima kalinya. Pengobatan massal kali ini berpusat di Kampung Nanas Kelurahan Klademak Distrik Sorong Kota. Ketua Tim PKK Ny. Naomi Jumame saat berbincang-bincang dengan wartawan Senin (3/9) kemarin mengatakan bahwa Tim Penggerak PKK Kota Sorong melakukan pengobatan massal karena situasi dan kondisi Kota Sorong saat ini tidak bersahabat, mengingat hujan yang terus menerus mengguyur Kota Soorng.

Lokasi pengobatan massal yang dipilih Kampung Nanas karena berada di pinggiran Kota Sorong. Jangkauan masyarakat pergi berobat ke Puskesmas maupun rumah sakit sangat jauh. Untuk itulahTim PKK Kota Sorong berinisiatif mendatangi masyarakat lakukan pengobatan massal. Sementara itu Ketua Pelaksana pengobatan massal Ny. Nety Sihombing yang juga Wakil Ketua IV Tim PKK Kota Sorong menyebutkan bahwa warga yang datang berobat hampir sebagian besar menderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan juga penyakit kulit. Warga yang datang berobat sebanyak 409 yang terdiri dari 276 pasien dewasa, 121 balita dan 12 pasien adalah bayi. Pengobatan massal melibatkan 2 dokter dari RS Sele Be Solu, 1 dokter dari Puskesmas Malawei serta tenaga medis dari Dinkes Kota Sorong. Pengobatan massal kemarin merupakan kerjasama antara Tim Penggerak PKK Kota Sorong, Pemerintah Kota Sorong dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Sorong, Distrik Sorong Kota, Kelurahan Klademak dan juga Puskesmas Malawei dan RS Sele Be Solu.(yan)

02 September 2007

Manokwari : Tidak Pakai Kondom, Siap Didenda atau Penjara ; Pengunjung Lokalisasi 55 Wajib Pakai Kondom

(www.radarsorong, Sabtu 01 September 2007)
MANOKWARI–Laporan Dinas Kesehatan Papua, per 31 Maret 2007 menyebutkan, jumlah kumulatif HIV/AIDS sebanyak 3252 kasus dengan rincian HIV 1856 kasus, AIDS 1396 kasus. Jika mengacu pada hasil studi terpadu HIV dan perilaku (STHP) yang dilakukan beberapa waktu di tanah Papua prevelensi HIV pada kelompok populasi umum mencapai 2,4% . Hal ini berarti HIV sudah menebar di seluruh tanah Papua, dapat digeneralisir epidemi di tanah Papua.

Kasus HIV, virus perusak kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan teridap penyakit AIDS kian meningkat pesat. Termasuk di wilayah provinsi Papua Barat. Tercatat hingga April 2007, di Papua Barat ditemukan 690 kasus atau sekitar 0,11 % dari total penduduk Papua Barat 643.012 jiwa (sumber BPS 2006). Padahal estimasi secara nasional pada 2006, khusus Papua Barat diperkirakan ada 6.800 kasus HIV positif. Berarti ada sekitar 6.110 kasus HIV positif yang belum ditemukan. Sekitar 90 % penularan virus mematikan dan belum ditemukan obat penangkal di Papua itu melalui hubungan seks yang dilakukan secara bebas dan berganti-ganti pasangan. Oleh sebab itu, perlu kewaspadaan semua pihak dan penanganan yang serius agar bahasa ini kelak tidak memusnahkan penduduk kita.

Manokwari merupakan pusat pemerintah tertua di tanah Papua yang menjadi ibukota Provinsi Papua Barat kini rawan penyebaran virus HIV/AIDS. Lokalisasi 55 Maruni di Distrik Manokwari Selatan yang merupakan pusat bisnis komersial seks berisiko penyebaran kasus HIV/AIDS. Disamping pelaku seks ‘liar’ dalam kota peradaban orang Papua ini di masa depan. Peraturan Daerah (Perda) No. 6 Tahun 2006 mengatur soal itu. Tapi yang jadi primadona mungkin Perda larangan minuman beralkohol. Padahal keduanya ibarat ‘saudara kembar’ yang mengancam masa depan putra bangsa di daerah ini. “Pengunjung lokalisasi perumahan 55 Maruni wajib menggunakan Kondom ketika melakukan hubungan seks dengan PSK disana,” ujar Roberth Hammar, SH, MH, Kamis pekan ini.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bagian Hukum dan HAM kepada Manokwari Pos, usai memberikan sosilisasi hukum terpadu di Kantor Infokom, Kamis pekan ini.Menurut Robert Hammar, kewajiban menggunakan kondom yang diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 6 tahun 2006 itu, terutama pada lokasi yang berisiko penyebaran virus HIV/AIDS seperti lokalisasi perum 55 Maruni. Wanita pekerja seks komersial (PSK) yang terdata dan bekerja di Perum 55 Maruni, kata dia, mereka harus tegas kepada setiap pengunjung yang didampingi diranjang agar menggunakan kondom, karena penting guna mencegah resiko yang tidak diinginkan dan mengancam nyawa manusia. “Kalau tidak mau pakai kondom, hendaknya para PSK tegas menolak melayani pria hidung belang seperti itu,” pesannya.

Selain itu, sikap tidak mau menggunakan kondom termasuk melanggar aturan daerah dan bakalan dijerat dengan sanksi tegas membayar denda atau kurungan. Bila terdapat pengaduan dari salah satu pihak yang merasa dirugikan. Meski upaya itu, sepertinya mustahil. Tapi akan diterapkan, kata Hammar. Menggunakan kondom paling tidak memberikan proteksi bagi kedua pihak agar bebas dari bahaya terjangkit virus HIV/AIDS. (dan)

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3
Staf KKP Kelas II Jayapura Photo Bersama Setelah Kegiatan