Langsung ke konten utama

Info : Peningkatan Akses Pengobatan HIV/AIDS Tahun 2006

(www.depkes.go.id, 1 Mei 2007)

Laporan terbaru WHO yang bertajuk Melalui akses universal: meningkatkan prioritas intervensi HIV/AIDS di sektor kesehatan,yang di rilis pada 17 April 2007 lalu disampaikan bahwa terdapat peningkatan akses terhadap pengobatan antiretroviral bagi infeksi HIV di negara berpendapatan rendah dan sedang sepanjang tahun 2006. Dalam laporan tersebut juga disampaikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan penanggulanagn AIDS Global, seperti yang dilansir dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia tersebut.


Rekomendasi tersebut antara lain ;
Meningkatkan Upaya untuk mempercepat pencegahan, diagnosis dan pengobatan HIV pada anak-anak
Sehubungan dengan kebutuhan peningkatan akses pengobatan, perkembangan pencegahan dan diagnosa HIV pada anak-anak menjadi tidak menggembirakan. Tantangan teknis dalam mengembangkan pelayanan bagi anak-anak telah dipertimbangkan. Pendekatan baru untuk melakukannya, seperti pengembangan diagnosa tepat dan formula obat untuk anak-anak dengan dosis tetap, harus lebih dikembangkan dan dipercepat.

Memperkenalkan kisaran strategi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai status HIV
Survey di 12 negara dengan beban tinggi di Sub Sahara Afrika menunjukkan bahwa separuh dari 12% pria dan 10% wanita pada populasi umum telah menjalani tes HIV dan menerima hasilnya. Ketika VCT (tes dan konseling sukarela inisiatif klien) membantu orang mengetahui status mereka, PITC (tes dan konseling inisiatif penyedia layalan) pada kondisi pelayanan kesehatan muncul sebagai startegi tambahan penting untuk mengembangkan akses terhadap pelayanan pencegahan, pengobatan, dan perawatan HIV. Kondisi dimana tes dan konseling tersedia juga harus dikembangkan untuk menghilangkan hambatan seperti ketakutan stigma dan reaksi negatif untuk berinterkasi.

Mempercepat peningkatan pelayanan untuk mencegah penularan ibu-anak
Lebih dari 100 negara berpendapatan rendah dan sedang telah mengembangkan program pencegahan penularanan ibu-anak, namun hanya 7 negara yang berhasil mencapai 40% atau lebih dari wanita hamil yang terinfeksi HIV pada tahun 2005. Di Sub Sahara Afrika, dimana terdapat 85% dari wanita yang terinfeksi HIV, cakupan di negara-negara tersebut berkisar kurang dari 1% hingga 54%. Upaya terkini untuk mencegah penularan ibu-anak jauh di bawah dari yang dibutuhkan untuk memenuhi target PBB untuk mengurangi proporsi anak-anak yang terinfeksi HIV hingga 50% pada tahun 2010.

Mengembangkan akses terhadap pelayanan bagi populasi berisiko, termasuk Pengguna Narkoba Suntik (Penasun) dan pria yang berhubungan seksual sesama jenis
Penasun merupakan cara penularan HIV yang paling banyak terjadi di beberapa wilayah dan menjadi perhatian di Afrika. Pelayanan pencegahan, pengobatan, dan perawatan yang memadai harus tersedia bagi populasi ini jika dampak yang serius terjadi akibat penularan HIV. Munculnya kembali penularan dari HIV dan infeksi menular seksual lainnya pada perilaku seks sesama pria di negara industri harus ditangani, dan kebutuhan pencegahan terhadap perilaku seks sesama pria di negara-negara berpendapatan rendah dan sedang diarahkan.

Usaha pencegahan untuk ODHA
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat menjadi pelaku kampanye yang paling kuat untuk pencegahan HIV. Tindak lanjut yang lebih baik dibutuhkan bagi tiap-tiap orang yang didiagnosa positif HIV melalui pusat tes dan konseling sukarela. Sektor kesehatan harus menyediakan kisaran pelayanan dan intervensi yang lebih luas untuk menolong ODHA memaksimalkan kesehatan, mencegah dan menangani IMS dan infeksi oportunistik, mengurangi kerugian terkait dengan penggunaan narkoba suntik dan mencegah penularan HIV.

Meningkatkan akses layanan pencegahan, Diagnosa dan pengobatan TB berkualitas bagi ODHA
Kebanyakan kasus TB dapat dicegah atau diobati. Walaupun demikian, hampir 1 juta ODHA akan menambah jumlah penderita TB tiap tahun, dan menyebabkan hampir seperempat dari 1 juta kematian akibat TB yang dapat dicegah. Investasi tidak tepat dan komitmen politik yang kurang memadai pada usaha pengendalian TB di banyak negara dengan prevalensi HIV tinggi telah menghasilkan insiden TB yang tinggi pada ODHA dan telah berperan pada perkembangan resistensi terhadap obat TB. Munculnya resistensi obat TB tersebut saat ini harus diarahkan melalui koordinasi yang lebih baik dan ketersediaan pelayanan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan dan melalui strategi pengendalian yang komprehensif.

Mengenali Khitan pada pria sebagai upaya penting lain dalam pencegahan HIV
Data uji coba klinis terbaru menunjukkan penurunan signifikan risiko terinfeksi HIV secara heteroseksual pada pria yang dikhitan. Khitan pada pria dapat memberikan dampak kesehatan penting di masyarakat pada negara-negara yang memiliki prevalensi HIV tinggi, penularan lebih dominan melalui hubungan heteroseksual dan jumlah praktek khitan rendah. Negara-negara tersebut harus segera mempertimbangkan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan khitan yang aman. Permasalahan penting dalam pelaksanaannya terdiri dari kualitas dan keamanan pelayanan, pertimbangan budaya dan kepatuhan terhadap prinsip HAM pada khitan, yang mencakup kesediaan untuk dikhitan, kerahasiaan dan tanpa unsur paksaan.

Mengarahkan pertimbangan mengenai ketahananan keuangan jangka panjang
Pertimbangan keuangan, khususnya dengan pertimbangan kebutuhan bagi sumberdaya multilateral dan bilateral pada jangka panjang, terus membatasi cakupan dan kisaran peningkatan di banyak negara dan mengancam ketahanan jangka panjang. Ketika penurunan yang menggembirakan telah terjadi pada nilai first-line regimen di kebanyakan negara berpendapatan rendah dan sedang, permintaan terhadap second-line regimen tetap meningkat. Kecuali bila harga untuk second-line regimen menurun secara signifikan, pembatasan/tekanan budgeter dapat menyebabkan program pengobatan berisiko.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Penggunaan Alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890

(KKP Jayapura, 23 April 2007) Pada tanggal 19 april dan 20 April 2007, diadakan Pelatihan penggunaan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890, yang diselengarakan oleh KKP Manokwari, di kota Manokwari – Irian Jaya Barat. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar orang laboratorium dapat dan mampu mengoperasikan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890 secara baik dan benar. Dari Tim KKP Jayapura, diwakili oleh Ibu Manita Tana, Amd AK, sebagai penanggung jawab Laboratorium KKP Jayapura. Menurut beliau kegunaan alat ini adalah untuk proses pemeriksaan air secara kimiawi dan bakteriologis, agar kualitas air yang diuji dapat diketahui kelayakannya untuk dikonsumsi. Kelebihan alat tersebut adalah dapat disambungkan dengan perangkat komputer, dimana mempunyai kemampuan menyimpan data analisa, RS-232 output, dan lainnya. Sehingga dengan demikian DR/800 dapat dipakai utk analisa dilapangan dan kemudian data analisa yang didapatkan d...

Info : 2-5 % Penduduk Indonesia Menderita Asma

( www.depkes.go.id , Selasa 01 Mei 2007) Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia prevalensi Asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 % penduduk Indonesia menderita Asma. Penyakit Asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin. Pada anak-anak, penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara angka kejadian Asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Asma pada anak dapat mempengaruhi masa pertumbuhan, tergantung dari klasifikasi berat ringan episodenya. Anak dengan Asma yang sering kambuh, dapat menyebabkan turunnya prestasi belajar yang merupakan dasar terjadinya lost generation. Dari penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun, diketahui prevalensi Asma sebesar 2,1% pada tahun 1995. Jumlah ini meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2003. Sementara hasil survei di Med...

Info : Mengenal Kota Jayapura

(sumber: http://www.kompas.co.id ) UNIK dan menarik. Dua kata itu tepat untuk menyebut kota yang terletak di paling ujung kawasan timur Indonesia. Selain letaknya berbatasan dengan Papua Niugini dan topografi yang berbukit-bukit, kota ini pun berganti nama sebanyak empat kali sebelum menjadi Jayapura. SEBELUM perang dunia II, saat Belanda mendarat di bumi Papua, Jayapura diberi nama "Hollandia", yang berarti daerah berbukitbukit dan berteluk. Saat itu daerah ini ditunjuk sebagai ibu kota "Dutch New Guinea". Setelah definitif kembali ke Indonesia pada 1 Mei 1963, sejak saat itu nama "Hollandia" menjadi "Kota Baru" (1963-1969), lalu "Sukarnopura" (1969-1975), dan akhirnya "Jayapura". Berada di Jayapura yang terletak di bibir Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa akan disuguhkan pemandangan indah panorama alam yang berbukit-bukit serta hamparan lautan Pasifik berair biru jernih. Kekayaan alam yang demikian indah itu menawarkan obyek...