Langsung ke konten utama

Dokter KKP Berperan Mengurangi Gangguan Kesehatan

(http://www.depkes.go.id/, Selasa 3 Juli 2007)
Selain diharapkan lebih mampu mengatasi kedaruratan medik maupun kedaruratan kesehatan masyarakat baik dalam kondisi khusus seperti penerbangan haji maupun bencana, dokter Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) berperan penting dalam melakukan deteksi penyakit menular yang kemungkinan dibawa penumpang dari dan ke luar negeri.

Selain itu, saat ini muncul beberapa penyakit menular baru ( re-emerging and emerging infectious desease ) yang ditularkan oleh manusia atau binatang seperti SARS dan Flu Burung, dimana penularannya tidak mengenal batas wilayah. Melalui KKP, deteksi penyakit terutama penyakit menular yang dibawa penumpang dapat diantisipasi. Dalam menjalankan tugasnya untuk menangkal penyakit berpotensi wabah maupun risiko lainnya, KKP tidak dapat bekerja sendiri. Kolaborasi dengan Dinas Kesehatan setempat amat diperlukan untuk mempertajam respon di sektor kesehatan penerbangan ini.

Khusus pada penerbangan haji, bekerja sama dengan dokter di Dinas Kesehatan Embarkasi, dokter KKP bertugas mengarahkan penumpang untuk terbang dalam kondisi prima sehingga tidak mudah terinfeksi atau terkendala oleh kondisi matra penerbangan. Oleh karenanya, kemampuan dan keterampilan para dokter tersebut perlu terus ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kemampuan dokter di pelabuhan udara, Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Lakespra Saryanto selaku pelaksana teknik pendidikan Kesehatan Penerbangan di jajaran TNI AU, menyelenggarakan Pelatihan Kesehatan Penerbangan selama sepekan, dimulai dari tanggl 27 Juni sampai 3 Juli 2007. Pelatihan ini diikuti 31 dokter dan perawat dari KKP di seluruh Indonesia dan Dinkes Propinsi Embarkasi. Tujuan pelatihan ini adalah untuk lebih menyukseskan pelayanan kesehatan haji.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Depkes Dr. T. Marwan Nusri membuka acara Pelatihan Kesehatan Penerbangan di Lakespra Saryanto, Rabu, 27 Juni 2007. Marwan Nusri berharap agar dari pelatihan ini akan menghasilkan 2 orang ahli bedah dalam penerbangan (flight surgeon) di tiap KKP potensial, yang dilengkapi dengan sarana dan petunjuk teknis yang memadai bagi penyelenggaraan kesehatan penerbangan di Bandara. Sementara untuk dokter KKP dan Dinkes Propinsi Embarkasi, diharapkan lebih mampu mengatasi kedaruratan medik maupun kedaruratan kesehatan masyarakat baik dalam kondisi khusus maupun bencana.

Dr. Marwan Nusri mengharapkan, setelah pelatihan ini, para peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat di daerah masing-masing khususnya dalam penyediaan pelayanan, pemberian penyuluhan, serta kegiatan surveilans penyakit dan faktor risiko matra penerbangan.

Hal senada disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan TNI AU Kol. Kes. drg. Hari Prayogo bahwa kursus ini diharapkan dapat menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari dokter KKP, mengingat perkembangan teknologi penerbangan yang cenderung semakin rumit dan kompleks. Menurut Hari upaya pengembangan kemampuan di bidang ilmu Kesehatan Penerbangan menjadi suatu kebutuhan mutlak apalagi belakangan kendala kesehatan sering dialami oleh para awak pesawat dan penumpang sebelum terbang.

Selama sepekan mengikuti pelatihan, para peserta diberikan sejumlah materi baik teori maupun praktik. Materi inti pelatihan yang diajarkan diantaranya Faktor Risiko Lingkungan dalam Penerbangan, Faktor Risiko Penyakit, Faktor Risiko Berbagai Obat, Praktek Chamber RUBR, dan Latihan Gladi Musibah Massal Kecelakaan Pesawat dan Evakuasi Medik Udara.

(Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Penggunaan Alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890

(KKP Jayapura, 23 April 2007) Pada tanggal 19 april dan 20 April 2007, diadakan Pelatihan penggunaan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890, yang diselengarakan oleh KKP Manokwari, di kota Manokwari – Irian Jaya Barat. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar orang laboratorium dapat dan mampu mengoperasikan alat Portable Datalogging Colorimeter Hach Model DR/820 – DR/850 – DR/890 secara baik dan benar. Dari Tim KKP Jayapura, diwakili oleh Ibu Manita Tana, Amd AK, sebagai penanggung jawab Laboratorium KKP Jayapura. Menurut beliau kegunaan alat ini adalah untuk proses pemeriksaan air secara kimiawi dan bakteriologis, agar kualitas air yang diuji dapat diketahui kelayakannya untuk dikonsumsi. Kelebihan alat tersebut adalah dapat disambungkan dengan perangkat komputer, dimana mempunyai kemampuan menyimpan data analisa, RS-232 output, dan lainnya. Sehingga dengan demikian DR/800 dapat dipakai utk analisa dilapangan dan kemudian data analisa yang didapatkan d...

Info : 2-5 % Penduduk Indonesia Menderita Asma

( www.depkes.go.id , Selasa 01 Mei 2007) Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia prevalensi Asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 % penduduk Indonesia menderita Asma. Penyakit Asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin. Pada anak-anak, penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara angka kejadian Asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Asma pada anak dapat mempengaruhi masa pertumbuhan, tergantung dari klasifikasi berat ringan episodenya. Anak dengan Asma yang sering kambuh, dapat menyebabkan turunnya prestasi belajar yang merupakan dasar terjadinya lost generation. Dari penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun, diketahui prevalensi Asma sebesar 2,1% pada tahun 1995. Jumlah ini meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2003. Sementara hasil survei di Med...

Info : Mengenal Kota Jayapura

(sumber: http://www.kompas.co.id ) UNIK dan menarik. Dua kata itu tepat untuk menyebut kota yang terletak di paling ujung kawasan timur Indonesia. Selain letaknya berbatasan dengan Papua Niugini dan topografi yang berbukit-bukit, kota ini pun berganti nama sebanyak empat kali sebelum menjadi Jayapura. SEBELUM perang dunia II, saat Belanda mendarat di bumi Papua, Jayapura diberi nama "Hollandia", yang berarti daerah berbukitbukit dan berteluk. Saat itu daerah ini ditunjuk sebagai ibu kota "Dutch New Guinea". Setelah definitif kembali ke Indonesia pada 1 Mei 1963, sejak saat itu nama "Hollandia" menjadi "Kota Baru" (1963-1969), lalu "Sukarnopura" (1969-1975), dan akhirnya "Jayapura". Berada di Jayapura yang terletak di bibir Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa akan disuguhkan pemandangan indah panorama alam yang berbukit-bukit serta hamparan lautan Pasifik berair biru jernih. Kekayaan alam yang demikian indah itu menawarkan obyek...