Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

06 July 2007

Dua Tahun Flu Burung di Indonesia, 101 Korban

(www.depkes.go.id, Kamis, 05 Jul 2007)
Sudah 2 tahun virus H5N1 menjangkiti manusia di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan di Tangerang, bulan Juni, kemudian meninggal pada bulan Juli 2005. Tapi, virus yang sejak tahun 2003 menjangkiti unggas di Indonesia ini, masih menjadi sumber bahan diskusi yang menarik di dunia internasional dengan berbagai perdebatan mengenai cara mengendalikannya. Sayangnya, dari semua diskusi tersebut, jangankan cara mengendalikannya, cara kerja virusnya sendiri masih sulit digambarkan oleh para pakar internasional. Pemerintah sudah berusaha menurunkan jumlah korban, tapi bantuan masyarakatlah yang paling penting untuk memerangi Flu Burung.
Dari empat semester berjangkitnya flu burung, jumlah kasus tahun ke dua, jelas menurun jumlahnya dibanding tahun pertama. Jika pada dua semester pertama (Juli 2005-Juni 2006) jumlah warga yang terinfeksi flu burung 59 orang, jumlah pada dua semester ke dua (Juli 2006-Juni 2007) menurun hingga 29%, menjadi 42 orang. Tabel 1 berikut menunjukkan jumlah kasus Flu Burung pada manusia berdasar semester.


Tabel 1. Jumlah Penderita Flu Burung di Indonesia Berdasar Semester Data 30 Juni 2007

Semester Total Kasus Meninggal Hidup CFR
----------------------------------------------------------------
Juli - Des 2005 20 14 6 70
Jan - Juni 2006 39 31 8 79.49
Juli - Des 2006 16 13 3 81.25
Jan - Juni 2007 26 22 4 84.62
----------------------------------------------------------------
Jumlah 101 80 21 79.21

Diharapkan dengan pengendalian yang terus dilakukan, terutama dengan bantuan dan kerjasama masyarakat, jumlah warga yang terinfeksi Flu Burung dapat terus ditekan. Departemen Kesehatan telah berusaha sedapat mungkin memperkecil jumlah warga yang tertular virus Flu Burung, yang ditularkan dari unggas ke manusia. Dengan bantuan Pemerintah Daerah, korban Flu Burung menurun jumlahnya. Namun, sebenarnya kunci pencegahan penyebaran virus H5N1 dari hewan ke manusia bertumpu pada usaha mandiri masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memisahkan unggas dari pemukiman manusia, terutama bagi mereka yang memiliki atau beternak unggas.

Agar masyarakat terhindar dari Flu Burung, hanya kesadaran setiap anggota masyarakat sendiri yang dapat memastikan warga untuk melakukan usaha-usaha yang disarankan pemerintah. Upaya mandiri masyarakat juga harus didukung oleh pemerintah daerah, karena pemerintah setempatlah yang diberi wewenang dan tanggungjawab untuk menanggapi laporan masyarakat. Tindak lanjut pelaporanpun perlu didukung pemerintah daerah, terutama di tingkat pemerintahan paling dekat dengan masyarakat seperti kepala desa, kelurahan dan kecamatan. Apalagi, pemerintah daerahlah yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap penanganan unggas di wilayah masing-masing. Saat ini, sudah 11 propinsi yang warganya terkena Flu Burung, seperti tampak pada tabel 2 berikut.

Tabel Jumlah Penderita Flu Burung di Indonesia Berdasarkan Propinsi Data 30 Juni 2007

Propinsi terakhir, Riau, baru terjangkit pada bulan Mei 2007 lalu. Tidak saja propinsi yang sudah terjangkit saja yang perlu berusaha keras mencegah penyebaran lebih lanjut. Propinsi yang belum terjangkitpun harus berupaya mencegah agar wilayahnya bebas dari kemungkinan penularan Flu Burung dari unggas ke manusia.

Upaya pencegahan menjadi sangat penting pada pengendalian karena Flu Burung pada manusia adalah penyakit yang sangat mematikan. Menilik Case Fatality Rate atau persentase penderita Flu Burung yang meninggal dibanding jumlah total kasus (79%) seperti tampak pada tabel 1, atau, dari setiap 5 orang penderita, 4 orang meninggal dunia dan hanya 1 orang yang bertahan hidup.
Apalagi, sebagian penderita terlambat dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan pertama. Salah satunya adalah pemberian Tamiflu yang hanya efektif jika diberikan dalam waktu 48 jam atau paling lama 2 hari dari saat gejala mulai ditampakkan penderita. Tamiflu sendiri, bukannya membunuh virus tetapi menghambat perkembangan virus. Untuk itu, masyarakat perlu waspada dan tanggap terhadap gejala-gejala batuk-pilek, demam, panas tinggi hingga lebih dari 38°C, sakit tenggorokan, dan terutama jika secara sengaja atau tidak sengaja, bersinggungan atau terkena kotoran/cairan dari unggas yang sakit ataupun bangkai unggas.

Diagram 1 menunjukkan CFR yang meningkat dari semester ke semester. Virus H5N1 memang sangat mematikan, ini penting untuk diketahui masyarakat. Karena alasan tersebut, pemerintah, khususnya Depkes berusaha keras menginformasikan tentang perlunya tanggap terhadap penyebaran Flu Burung. Apalagi, Flu Burung sangat berpotensi menimbulkan pandemi, yaitu kematian banyak orang dalam waktu singkat pada area yang luas. Justru karena Indonesia belum memasuki tahap pandemi, inilah saat yang tepat untuk mencegah kematian berjuta-juta orang yang tentunya menimbulkan kerugian besar bagi bangsa kita.

Diagram Penderita Flu Burung

Demi mencegah agar kita tidak terinfeksi Flu Burung, kita perlu melakukan hal-hal berikut:
Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat bersihkan diri dengan sabun. Jika harus, lindungi diri dari kemungkinan terpapar cairan atau kotoran dari unggas. Kenakan sarung tangan dan sepatu boot, dapat juga kantung plastik untuk melindungi tangan dan kaki. Kenakan goggle atau kaca mata renang untuk melindungi mata serta masker atau saputangan untuk menutup mulut dan hidung. Cuci segera barang-barang tersebut dengan detergen/desinfektan/pemutih, terutama jika tidak dibakar dan akan digunakan lagi. Laporkan segera sakitnya atau kematian unggas di lingkungan sekitar pada kepala desa atau pemerintah daerah setempat.


Cuci pakai sabun tangan dan peralatan masak sebelum dan sesudah memasak. Masak unggas dan telur hingga masak sebelum dikonsumsi. Pisahkan unggas dari manusia. Pisahkan unggas baru dengan unggas lama hingga 3 minggu. Bersihkan kandang unggas setidaknya seminggu sekali dengan desinfektan/detergen/pemutih pakaian.

Periksakan ke Puskesmas atau rumah sakit pemerintah jika mengalami gejala Flu Burung, apalagi setelah kontak dengan unggas. Sekarang ini sudah ada 100 rumah sakit rujukan Flu Burung di seluruh Indonesia, di antaranya adalah Rumah Sakit Umum Pusat di setiap Propinsi.
(Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.)

No comments:

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3
Staf KKP Kelas II Jayapura Photo Bersama Setelah Kegiatan