Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

27 November 2007

Jumlah Kasus HIV/AIDS di Papua Capai 3.434 Penderita

(www.cenderawasihpos.com, Senin 26 Nopember 2007)
SENTANI - Wakil Gubernur Alex Hesegem, SE mengungkapkan jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Papua ini terus mengalami peningkatan. Bahkan dari data terakhir KPAD Provinsi Papua, pada September 2007 lalu, jumlahnya sudah menembus lebih dari 3.434 penderita. “Sebagai orang Papua kita malu berada di peringkat pertama dari sesuatu yang tidak baik. Oleh karena itu, upaya yang kita lakukan tidak hanya sekedar mencegah, perlu upaya lain yang lebih tegas untuk memberantas penyebarannya,” tegas Wagub Alex Hesegem saat membuka seminar sehari dalam rangka hari AIDS Se-Dunia di Hotel Sentani Indah, Sabtu (24/11) kemarin.Menurut Wagub Hesegem, persoalan dunia yang menjadi ancaman serius sehingga butuh penanganan yang tegas ini, selain ancaman kerusakan lapisan Ozon adalah penyebaran HIV/Aids yang semakin lus. OLeh karena itu, Wagub Hesegem mengatakan bahwa upaya pencegahan ini, paling efektif adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman dari masyarakat Papua terhadap ancaman penularan HIV/AIDS ini.

Sementara itu, terkait dengan adanya mobilisasi masyarakat dari PNG ke Indonesia maupun sebaliknya, yang juga rawan terhadap meluasnya penyebaran HIV/AIDS. Menurut Wagub, upaya untuk karantina melalui pos pelayanan kesehatan ini memang sudah dibicarakan dlam rapat-rapat pertemuan antaran Indonesia dan PNG. Sebab, selain masalah HIV/AIDS ini juga ada kekhawatiran penyebaran flu burung.Diakui bahwa ada sejumlah warga PNG yang keluar masuk ke wilayah Indonesia, aktifitas di kota Jayapura ini tidak menutup kemungkinan termasuk “belanja” seks. Namun sejauh ini, lanjut Wagub Hesegem, belum ada laporan yang menyebutkan peningkatan kasus HIV/Aids ini akibat aktifitas masyarakat PNG yang masuk ke Indonesia khususnya di Jayapura.(tri)

17 November 2007

Pelatihan Penjamah

Kepala Kantor KKP Jayapura memberikan kata sambuatan pada acara pelatihan
(KKP Jayapura, 15 Nopember 2007)
Pada tanggal 10 Nopember 2007, dilakukan kegiatan pelatihan dan pengawasan pengendalian resiko kesehatan makanan dan minuman kepada para handler food yang mengoperasikan TPM (Tempat Pengelola Makanan) di wilayah kerja Bandar Udara Sentani.

Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Meningkatkan pengetahuan para handler food yang mengelola TPM di wilker Bandar Udara Sentani melalui pelatihan dan penyuluhan guna meminimalkan resiko kesehatan.
- Terselenggaranya sistem pengolahan makanan dan minuman yang sehat dikonsumsi di setiap TPM dan Catering makanan pesawat yang berada di Wilayah Kerja Bandar Udara Senatni,
- Menjadikan para food handler di setiap TPM yang berada di Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani sebagai mitra kerja dalam mengendalikan resiko penularan Food Born Diseases.

Demo penggunaan alat pengaman pada saat mengolah makanan oleh peserta

Manfaat yang diperoleh oleh peserta :
- Para handler food pada setiap TPM yang berada di Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani dapat menerapkan manajemen pengelolaan makanan dan minuman yang tidak beresiko terhadap kesehatan konsumen.
- Adanya kepercayaan konsumen terhadap pemanfaatan layanan jasa pengelolaan makanan dan minuman di TPM yang berada di Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani.

Hasil demo penggunaan alat pakaian pengaman

15 November 2007

Pelatihan Peralatan Pengendalian Vektor (Alat Semprot)

Mesin ULV (Ultra Low Volume) yang dimiliki KKP Jayapura
(KKP Jayapura, 14 November 2007)
Sesuai kepmenkes 265 tahun 2004 tentang organisasi kkp jayapura bahwa tugas pokok dan fungsi KKP adalah utk melaksanakan cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular lainnya baik antara daerah, pulau maupun negara, melaksanakan pengendalian resika lingkungan (PRL) dan pelayanan kesehatan masyarakat melalui usaha kesehatan pelabuhan (UKP) yg mencakup wilayah perifer maupun buffer dimasing-masing wilayah kerja kantor kesehatan pelabuhan.

Jenis penyakit menular yg ditularkan melalui vektor di Kota Jayapura dan wilker lain KKP Jayapura cukup banyak , antara lain malaria yg merupakan penyakit utama di Provinsi Papua. Penyakit umum lainnya adalah penyakit demam berdarah dengue, meskipun jumlahnya tidak banyak seperti di beberapa kota besar di Indonesia namun kejadian peningkatan kasus selalu terjadi setiap tahun sejalan dengan peningkatan kasus di Indonesia. Penyakit lain yang juga menonjol di Provinsi ini penyakit filaria yang disebabkan cacing filaria dan vektor penularnya adalah nyamuk.

Terdapatnya berbagai vektor penular penyakit di wilayah pelabuhan, bandara, maupun pos lintas batas di wilayah kerja di KKP Jayapura antara lain nyamuk (HI > 10%), lalat, kecoa dan beberapa jenis rodent, menunjukkan bahwa penularan penyakit tular vektor akan mungkin terjadi seandainya agent penyakit yg selama ini belum ditemukan di wilayah Jayapura dan sekitarnya terbawa oleh penumpang maupun alat angkut yang tiba di Jayapura.
Instruktur, Bpk Katolan sedang menjelaskan tata cara pengoperasian alat semprot kepada peserta pelatihan

Demo penggunaan alat semprot yang baik dan benar
Pelatihan Penggunaan Alat Semprot
Dalam rangka pemberantasan vektor yang merupakan vektor penular penyakit seperti disebutkan diatas, KKP Jayapura pada tahun 2007 berkomitmen untuk meningkatkan kinerja melalui peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) maupun ketersediaan dan kecukupan sarana penunjang khususnya.


Pada tanggal 5 - 6 Nopember 2007 dilakukan Pelatihan Alat Semprot mulai dari mesin fog, mist blower, Spraycam sampai pada alat semprot yang bobotnya kurang lebih 1 ton yaitu ULV (Ultra Low Volume). Pelatihan ini disampaikan langsung oleh pakar Ahli Semprot dari Dinas Kesehatan Pusat Jakarta, Bpk. Katolan, yang sangat memahami seluk beluk berbagai macam alat semprot. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh peserta dari berbagai dinas instansi kesehatan yang terkait yang ada di Jayapura.
Penjelasan penggunaan alat Mist Blower
Praktek penggunaan alat Mist Blower oleh peserta

KKP Jayapura saat ini telah memiliki alat pengendalian vektor sebanyak : 5 buah mesin fog, 5 buah mist blower, 2 buah spraycam dan 1 buah ULV (Ultra Low Volume).

Peliputan oleh media Metro PaPua TV pada acara pelatihan

14 November 2007

Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 43 di Jayapura, tema : RAKYAT SEHAT, NEGARA KUAT

Suasana upacara Hari Kesehatan Nasional di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Papua
(KKP Jayapura, 13 Nopember 2007)
Upacara Peringatan Hari Kesehatan Nasional, yang dihadiri oleh segenap instansi dinas kesehatan yang ada di Jayapura, dan perwakilan dari masing-masing kabupaten di Provinsi Papua dilakukan penuh khitmad dan berlangsung dengan baik. Walaupun disertai turunnya hujan rintik-rintik namun hal ini tidak mengendorkan semangat peserta upacara dalam memperingati HKN yang ke 43 tahun 2007 ini yang bertemakan " Rakyat Sehat, Negara Kuat ".
Ucapan Selamat dan Anugerah Pegawai Teladan 2007 kepada Bpk. Josphus Rewang dari KKP Jayapua

Tim KKP Jayapura juga berpartisipasi aktif dalam acara ini. Pada upacara HKN tahun ini salah seorang dari tim KKP Jayapura mendapat anugerah kategori Pegawai Teladan 2007 yaitu Bpk. Josephus Rewang yang telah mengabdi dan berjasa bagi dunia kesehatan secara umum di Jayapura dan secara khusus bagi KKP Jayapura.

13 November 2007

Pidato Menteri Kesehatan pada Peringatan HKN ke 43

(www.depkes.go.id 12 Nopember 2007)
Tema peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 43 tanggal 12 November 2007 adalah Rakyat Sehat, Negara Kuat. Tema tersebut diangkat karena pada tahun ini kampanye peringatan HKN ke 43 diharapkan lebih mengarah pada kegiatan kongkrit yang berpihak kepada rakyat dalam bentuk gerakan/tindakan nyata untuk menjadikan rakyat sehat sebagai sumber kapital sosial dalam upaya mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

Makna yang ingin disampaikan dalam tema ini adalah perlunya kesadaran, kemauan dan kemampuan semua komponen bangsa untuk mewujudkan rakyat sehat sebagai sumber kekuatan ketahanan bangsa yang akhirnya menjadi landasan dalam membentuk negara yang kuat. Negara kuat dapat diartikan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki ketahanan bangsa yang tangguh dengan basis utamanya dalam wujud semua rakyat sehat secara fisik, mental dan sosial serta memiliki produktivitas yang tinggi.

Pidato selengkapnya dapat didownload di : http://www.depkes.go.id/downloads/HKN%202007/pidatohkn.pdf

07 November 2007

Di Biak, Kasus Frambusia Banyak Menimpa Anak Sekolah

(www.cenderawasihpos.com, Selasa 06 Nopember 2007)
BIAK-Kasus Frambusia sejenis penyakit kulit berupa luka lama yang tidak sembuh dan bentuknya menyerupai bunga kol dan apabila ditekan tidak sakit, banyak ditemukan pada anak usia sekolah utamanya yang duduk di bangku sekolah dasar. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor pada 6 sekolah dasar di Pulau Numfor ditemukan 44 orang anak menderita frambusia.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor Drs.Sefnath Korwa, MS didampingi Kasi Penelitian, Laboratorium dan Penanggulangan KLB, Ruslan, S.Sos, S.Km mengatakan, meskipun penyakit frambusia ini tidak masuk dalam kategori 10 penyakit yang banyak diderita masyarakat, namun penyebaran penyakit ini cukup mengkhawatirkan. Selain di Pulau Numfor, beberapa daerah yang mengalami kesulitan air bersih, disinyalir juga banyak terdapat kasus frambusia.”Kasus frambusia ini masih cukup tinggi meskipun tidak masuk kategori 10 penyakit yang banyak diderita masyarakat setiap tahun. Dari hasil pemeriksanayang kami lakukan di Pulau Numfor pada awal Oktober di 6 sekolah kami menemukan 44 anak menderita frambusia dan kami telah melakukan pengeobatan,”ungkapnya.Munculnya penyakit frambusia tidak terlepas dari masalah kebersihan lingkungan dan pribadi.

Penyakit tersebut biasanya menyerang anak-anak yang kurang memperhatikan masalah kebersihan diri. Selain factor kebersihan diri, keterbatasan air bersih juga merupakan factor pendukung munculnya kasus frambusia tersebut.”Penyakit ini biasanya menimpa anak yang tidak memperhatikan masalah kebersihan diri, misalnya dengan mandi dua kali sehari dengan zzmenggunakan sabun,”tambahnya. Ditambahkan, upaya penanggulangan penyakit frambusia menurut Sefnath Korwa masih akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor dan menurut rencana Rabu (7/11) akan dilakukan pemeriksaan di beberapa kampung yang da di Distrik Biak Utara dan Distrik Warsa.(nat)

03 November 2007

Kampanye Hari Osteoporosis Nasional 2007 : Kurangi Resiko Kalahkan Osteoporosis

(www.depkes.go.id, 2 Nopember 2007)
Menurut hasil Analisis Data Resiko Osteoporosis yang dilakukan oleh Pusat Penelitan dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia dan dipublikasikan pada tahun 2006 menyatakan 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Osteoporosis atau kekeroposan tulang adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang, khususnya kalsium, yang terjadi dalam waktu lama. Osteoporosis tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas atau khusus hingga terjadinya patah tulang, sehingga sering disebut sebagai silent disease.

Demikian dr. I Nyoman Kandun, MPH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes RI kepada wartawan dalam Press Briefing Kampanye Program Hari Osteoporosis Nasional tanggal 1 November 2007 di Jakarta. dr. I Nyoman Kandun menambahkan, "Tema kampanye HON tahun ini adalah รข€˜Kurangi Resiko Kalahkan Osteoporosis". Kampanye Hari Osteoporosis Nasional (HON) telah dilakukan selama enam tahun, dimulai dari tahun 2002 dimana saat itu merupakan pencanangan pertama kampanye tentang osteoporosis oleh Menteri Kesehatan. Dari tahun ke tahun kampanye HON selalu mengangkat tema-tema yang menyerukan pencegahan osteoporosis. Tema HON tahun ini yang menekankan pentingnya faktor-faktor resiko yang dapat diubah oleh seseorang supaya terhindar dari osteoporosis. Beberapa pesan utama yang ingin disampaikan, yaitu: ada 2 faktor penyebab osteoporosis, faktor primer (yang tidak dapat diubah) dan faktor sekunder (dapat diubah), faktor penyebab (risiko) osteoporsis yang dapat diubah adalah faktor makanan, seperti kurang konsumsi kalsium dan vitamin D3, konsumsi kafein dan sodium berlebihan, faktor kurang kegiatan fisik/olah raga serta kebiasaan: merokok, alkohol, obat-obatan (rematik, asma, jantung) dan kelebihan berat badan.

Menurut Dirjen P2PL Depkes, pencanangan HON merupakan bentuk kepedulian Perosi (Perhimpunan Osteoporosis Indonesia), Perwatusi (Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia) dan Fonterra Brands Indonesia untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai osteoporosis dan pencegahannya. Hari Osteoporosis Nasional sebenarnya jatuh pada tanggal 20 Oktober, namun selama ini program kampanye diperluas menjadi satu bulan penuh, untuk memastikan jangkauan kampanye supaya lebih intensif dan luas.

Dikatakan oleh Dr. I Nyoman Kandun, tahun ini berbagai kegiatan akan dilakukan dalam rangka menyebarkan informasi pencegahan osteoporosis kepada masyarakat, seperti pers briefing, radio talkshow, TV talkshow, seminar profesional, seminar publik, dan Puncak Peringatan HON pada tanggal 4 November 2007 di Monas. Puncak Peringatan HON tersebut, yang rencananya akan dihadiri oleh Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, akan mengajak masyarakat berjalan kaki 10.000 langkah sebagai aktivitas fisik dengan beban, yang mudah, murah dan dapat dilakukan semua orang, sebagai upaya pencegahan osteoporosis. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan secara simbolis alat Dexa Bone Densitometer untuk diagnosa dan evaluasi pengobatan osteoporosis oleh Ibu Negara kepada tiga direktur rumah sakit, yaitu RSUP Karyadi Semarang, RSUP Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Sanglah “ Denpasar.

Osteoporosis dapat dihindari antara lain menghindari kopi, alkohol dan sodium berlebihan, olahraga secara baik, benar, teratur, terukur (BBTT) paling tidak 30 menit 3 x seminggu. Olah raga dengan beban yang mudah, murah, dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, dimana saja dan risiko rendah adalah berjalan kaki 10.000 langkah/ hari serta mengatur pola makan yang mengandung kalsium tinggi dan vitamin D, kata I Nyoman Kandun.

Menurut dr. Nyoman, semakin meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia akan semakin meningkatkan resiko penduduk terkena osteoporosis. Selain itu, rendahnya kesadaran akan osteoporosis pada masyarakat menjadikan masalah ini cukup serius.

Ditambahkan, masyarakat perlu memahami bahwa tulang merupakan struktur penting pembentuk rangka tubuh manusia adalah jaringan hidup. Tulang selalu mengalami proses regenerasi (pembentukan dan pembongkaran). Karenanya setiap orang tidak peduli pada usia berapa, masih memiliki kesempatan untuk memiliki tulang yang lebih sehat. Yang terpenting adalah menghindarkan diri dari faktor resiko osteoporosis, ujar dr. Nyoman.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi telepon/faks: 021-5223002 atau e-mail puskom.publik@gmail.com.

5% Kematian Balita Disebabkan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(www.depkes.go.id, Jumat 2 Nopember 2007)
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Agar target nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I.

Salah satu program yang telah terbukti efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah imunisasi. Salah satu bukti keberhasilan tersebut adalah dapat dibasminya penyakit cacar dari Indonesia pada tahun 1974.
Demikian sambutan Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada Acara Nasional Imunisasi Anak, tanggal 1 November 2007 di Taman Menteng, Jakarta Pusat. Program Peningkatan Cakupan Imunisasi di Indonesia ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan didukung oleh Millenium Chalenge Corporation Indonesia-Immunization Project (MCCI-IP) yang merupakan proyek program imunisasi bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat.

Menurut Menkes, program pembangunan kesehatan di Indonesia diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dimana salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian bayi. Hal ini sejalan dengan kesepakatan dunia dalam Millenium Development Goal (MDGs), dimana untuk mencapai penurunan angka kematian bayi tersebut ditandai dengan peningkatan cakupan imunisasi.
Program nasional imunisasi anak ini menargetkan peningkatan cakupan imunisasi di Indonesia menjadi 80,5% yang diukur melalui peningkatan imunisasi DPT dan campak pada bayi dan anak. Target ini akan dicapai dalam kurun waktu 24 bulan sepanjang periode 2007-2009. Untuk mencapai target tersebut diperlukan komitmen para stake holder dengan tersedianya pembiayaan yang memadai baik oleh pemerintah pusat, daerah, swasta maupun donor. Kesepakatan ini bertujuan untuk peningkatan cakupan imunisasi rutin untuk anak Indonesia, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, MCCI-IP membantu Indonesia dalam meningkatkan cakupan imunisasi di 7 Propinsi terpilih yaitu: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan meliputi 63 Kabupaten/Kota. Propinsi ini dipilih berdasarkan populasi anak terbesar dengan cakupan imunisasi rendah. Sasaran dari pemilihan wilayah MCCI-IP sejumlah 4.725.470 anak, dengan dukungan dana sejumlah 20 Juta USD selama dua tahun (2007-2009) terhitung mulai bulan April 2007 sampai Maret 2009. MCCI-IP akan mengembangkan solusi yang kreatif dan inovatif dalam meningkatkan cakupan imunisasi menuju tingkat yang lebih baik, tentunya dengan dukungan pemerintah, sektor swasta dan mitra-mitra lainnya di Indonesia.

Tujuan kegiatan ini yaitu membangun lingkungan yang lebih kondusif bagi penyelenggaraan program Peningkatan Cakupan Imunisasi, membangun komitmen yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan terhadap Program Peningkatan Cakupan Imunisasi, lebih memasyarakatkan Program Peningkatan Cakupan Imunisasi sebagai salah satu program peningkatan kesehatan masyarakat secara lebih luas dalam rangka pencapaian visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dimana salah satu targetnya untuk menurunkan angka kematian bayi, kata Menkes.

Menkes mengharapkan, kedepan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi ke penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien, antara lain bidang penemuan vaksin baru, menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3
Staf KKP Kelas II Jayapura Photo Bersama Setelah Kegiatan