Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

31 August 2007

Pelantikan Staf Wilker Bandara Sentani

Staf KKP Jayapura yang dilantik
Pada tanggal 16 Agustus 2007, sehari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 62, KKP Jayapura melakukan kegiatan pelantikan koordinator dan staf Wilker Sentani yang bertempat di Kantor Wilker Sentani.

Acara pelantikan tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes kepada 7 orang staf yang dipercaya untuk melakukan tupoksi pada Wilker Sentani ini. Ke 7 orang staf tersebut adalah :
1. Mina Sipayung, AMK , sebagai Koordinator Wilker
2. Esau Demotouw , sebagai Staf Tata Usaha
3. Tatap Shinta Sihombing AMK, sebagai Staf SE, Karantina & UKP
4. Yuliana Luhung, sebagai Staf PRL
5. Yohanes Rumaseuw , sebagai Staf Poliklinik
6. Steven Rewang, sebagai Driver Ambulans Emergency
7. Jhon, sebagai Staf Cleaning Service


Sebelum dilantiknya koordinator dan staf Wilker Sentani ini, dalam pelaksanaan sehari-hari tupoksi KKP di Wilker Sentani hanya ditangani oleh 2 orang staf yaitu Tatap Shinta Sihombing dan Yohanes Rumaseuw.

Arahan Kepala Kantor kepada staf di kantor Wilker Sentani

Pada sela-sela acara pelantikan tersebut juga diperkenalkan dr. Dian G sebagai dokter konsultan khusus untuk Wilker Sentani. Sehari-harinya beliau adalah Kepala Puskesmas Sentani. Dr. Dian dalam sambutannya menyatakan merasa terhormat bisa bergabung dengan KKP Jayapura dan siap mendukung kegiatan di Wilker Sentani.

1 unit Mobil Ambulance Evakuasi juga telah disiapkan pada Kantor Wilker Sentani. Unit mobil ini difungsikan untuk segera melakukan respon cepat dan tepat dalam upaya cegah tangkal penyakit menular khususnya yang terjadi di Bandara Udara Sentani.

Selamat yaa……atas pelantikannya, semoga sukses dalam melaksanakan tupoksinya nanti.

29 August 2007

Biak : Dominan Penyakit Malaria dan Persendian

(www.radarsorong.com, 29 Agustus 2007)
BIAK-Ratusan warga Desa Ambroben Distrik Biak Kota, Kamis (28/6) kemarin sejak pukul 08.00 WIT memadati halaman Kantor Desa Ambroben untuk mengikuti kegiatan pengobatan massal yang digelar Polres Biak Numfor bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor.Warga yang hadir dari berbagai penjuru desa tersebut selain orang tua juga terdapat anak-anak. Dari data yang dihimpun Cenderawasih Pos, penyakit yang ditemukan dalam pengobatan masal tersebut didominasi malaria.Kasubdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Biak Numfor Dr.Syukri yang ditemui Cenderawasih Pos di sela-sela kegiatan mengatakan dari sejumlah pasien yang telah diperiksa, untuk anak-anak pada umumnya didominasi penyakit malaria.

Sementara itu untuk orang dewasa, keluhan yang ditemukan pada umumnya ada penyakit persendian. Masih banyaknya penyakit malaria yang ditemukan dalam pengobatan massal kemarin menurut Dr Syukri, di sekitar Desa Ambroben masih terdapat banyak nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria. Untuk warga diminta sedapat mungkin untuk menjaga kebersihan lingkungan serta menghindari gigian nyamuk.”Selain malaria, banyak pula keluhan persendian yang umumnya dialami orang deawsa. Ini tenutny terkait dengan factor usia penderita,” ungkapnya.Plt Kepala Kampung Ambrobenb Y Ronsumbre yang ditemui Cenderawasih Pos Kamis kemarin mengatakan tingginya antusias masyarakat untuk mengikuti kegiatan pengobatan missal yang dilaksanakan Polres Biak Numfor menunjukan bahwa masyarakat sangat membutuhkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

Untuk pelayanan kesehatan sendiri, Kampung Ambroben kata Y Ronsumbre sebenarnya telah memiliki satu unit poliklinik desa yang dilayani satu orang bidan desa. Namun tingginya permintaan pelayanan dari masyarakat sehingga membutuhkan adanya tambahan petugas.”Hal ini sudah kami sampaikan ke Dinas Kesehatan agar bisa ada tambahan tenaga yang bisa stand by melayani warga.Kami juga mengucapkan terima kasi kepada Polres Biak Numfor dengan pengobatan massal ini dan kita harap kegiatan yang sama dapat dilakukan di desa lain,”ungkapnya.(nat)

Manokwari : Mengkuatirkan, 690 Kasus HIV/AIDS

(www.radarsorong.com, 29 Agustus 2007)
MANOKWARI-Perkembangan kasus HIV/AIDS di tanah Papua yang terus mengkuatirkan harus menjadi perhatian semua pihak untuk memikirkan dan merancang langkah-langkah penanggulangan yang komprehensif. Sebab, bila tidak ada perhatian yang serius maka akan menjadi bencana dan bahaya besar. Hal ini dikatakan Wakil Gubernur Papua Barat Drs.Rahimin Katjong ketika membuka kegiatan Workshop Penyusunan Rancangan Strategis (Restra)dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan HIV/AIDS Provinsi Papua Barat di ruang serbaguna Kantor Bank Papua Manokwari Selasa (28/8) kemarin.Data kasus per April 2007 jumlah kasus HOV/AID di Provinsi Papua Barat telah mencapai 690. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Papua Barat yang hanya mencapai 643.021 jiwa (data sensus BPS 2006), berarti sudah terdapat sekitar 0,11 % dari total jumlah penduduk Papua Barat telah terinveksi HIV/AIDS.

Lebih menakjubkan lagi, berdasarkan hasil estimasi nasional yang dilakukakan pada tahun 2006 di wilayah Provinsi Papua Barat diperkirakan ada 6.800 kasus HIV/AIDS. Estiminasi nasional ini berarti ada sekitar 6.110 kasus HIV/AIDS yang belum ditemukan. “Ini menjadi tanggung jawab dan pekerjaan rumah untuk mencari mereka-mereka yang belum ketahuan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diputus mata rantai penyebaran virus mematikan ini,” ujar Wagub.Penularan dan penyebaran HIV/AIDS di tanah Papua agak berbeda dengan daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya penyebaran utama dari jarum suntik, maka di tanah Papua 90 % penularan lewat hubungan seks secara heterogen. Lebih aneh lagi, kalau di daerah lain angka kasus kota lebih besar, maka di tanah Papua, antara perkotan dan pedalaman sama besarnya. Lebih mengkuatirkan lagi, berdasarkan data yang diperoleh makin banyak ibu rumah tangga dan bayi yang terinfeksi HIV/AIDS.

Hal ini lanjut Wagub menunjukkan bahwa penularan virus mematikan ini sudah masuk dalam kelompok populasi atau masyarakat umum. “HIV/AIDS sudah berada di sekitar kita bahkan ada di rumah kita,” papar Wagub.Penyusunan Restra dan RAD Penanggulangan HIV/AIDS di Provinsi Papua Barat akan berlangsung hingga 1 September mendatang dengan melibatkan sejumlah kalangan, Dinas Kesehatan Prov Papua Barat, LSM serta stakeholder lainnya. Hadir Ketua Harian KPAD Prov Papua drh.Constan Karma serta jajarannya. Diharapkan dari kegiatan ini dapat dirumuskan langkah-langkah yang tepat untuk penanggulangan HIV/AIDS.

Menurut Wagub angka kasus HIV/AIDS tampak kecil bila dibanding dengan penyakit-penyakit lainnya seperti malaria. Namun dampak dari HIV/AIDS adalah sangat besar, tidak hanya fisik tapi lebih dari itu secara sosial, ekonomi, budaya dan berbagai aspek kehidupan. “Maka itu berarti angka ini bukan kecil lagi tetapi sudah cukup besar dan kalau tidak hati-hati akan semakin besar. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita waspada dan selanjutnya memikirkan cara-cara penanggulangannya,” ujar Wagub. (lm)

27 August 2007

Fak-fak : Operasi Makanan Berformalin, Polisi Back Up Dinkes

(www.radarsorong.com, 27 Agustus 2007)
FAKFAK- Beredarnya makanan mengandung bahan kimia formalin yang dilarang Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mendapat perhatian dari instansi terkait untuk melakukan pemeriksaan semua bahan makan yang beredar di Fakfak. Terkait dengan dugaan masih beredarnya makanan yang mengandung bahan pengawet mayat, Polres akan melakukan operasi. Kasat Reskrim Polres Fakfak Iptu. Fachrurozi, yang baru dua minggu duduk di kursi jabatannya, mengatakan, untuk melakukan operasi pemeriksaan bahan makanan yang mengandung formalin di beberapa took, pihaknya akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak.

Koordinasi yang dilakukan menurutnya, untuk dilakukan upaya bersama di mana nantinya penyidik Polres Fakfak akan memback up Dinas Kesehatan dalam upaya melakukan operasi pemeriksaan barang jualan pedagang di Fakfak yang di duga mengandung bahan formalin. “Kami (penyidik) akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan agar bahan makanan yang mengandung formalin dilakukan pemeriksaan olehh Dinas Kesehatan, sedangkan penyidik hanya memback up kegiatan tersebut,” tandas Kasat Reskrim Iptu Fachrurozi kepada Fakfak Expres di ruang kerjanya, Sabtu (25/8) lalu.Rencana operasi makanan yang di duga berformalin di Fakfak dan sampai saat ini belum di tarik dari peredaran, penyidik menunggu daftar nama – nama barang berformalin yang di duga masih jual di toko – toko mapun pasar. “Penyidik masih menunggu dan mencari daftar nama barang yang mengandung bahan formalin termasuk contohnya, bila daftar dan contohnya sudah diperoleh maka penyidik dan Dinas Kesehatan akan melakukan operasi,” tandas Kasat Iptu. Fachrurozi. (ric)

25 August 2007

Simulasi pada Mobil Ambulance Emergency

Simulasi pada alat scoop stretcher (alat tandu pasien)
(KKP Jayapura, Jumat 24 Agustus 2007)
Pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2007 Tim KKP Jayapura melakukan simulasi dan ujicoba langsung pada mobil Ambulance Emergency. Pelatihan ini dilakukan setelah mendapat arahan dari Kepala Kantor Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes, sedangkan proses teknisnya dipandu dan dijelaskan secara detail oleh Ibu dr. Wahyu Irianawati.



Simulasi pada alat ambulance stretcher (alat tandu besar yang beroda)

Proses simulasi dimulai dari cara membuka dan memasang scoop stretcher (alat tandu pasien), bagaimana cara memindahkan dan mengangkat pasien dengan scoop stretcher, kemudian membawa pasien lalu dipindahkan pada ambulance stretcher (alat tandu besar yang beroda), bagaimana cara memasukkan ambulance stretcher kedalam mobil ambulance dan selanjutnya bagiamana cara menggunakan fasilitas yang ada dalam ambulan. Kesemuanya tersebut dicoba secara bertahap oleh staf KKP Jayapura.

Alat Mist Blower tiba KKP Jayapura

Alat Mist Blower yang ada di KKP Jayapura
(KKP Jayapura, Jumat 24 Agustus 2007)
KKP Jayapura khususnya dari seksi PRL berbangga memiliki alat Mist Blower, pengadaan DIPA KKP Jayapura tahun 2007 sebanyak 5 buah. Pada saat yang sama juga diterima 1 buah unit Mist Blower pengadaan Subdit Karkes Depkes.

Alat ini merupakan hal yang baru bagi KKP Jayapura. Keterbatasan fasilitas yang selama ini dirasakan khususnya dalam pengendalian vektor menjadi terjawab. Seluruh staf dari seksi PRL dengan senang hati mengikuti pelaksanaan demo penggunaan alat ini yang dipimpin langsung oleh Kepala Seksi PRL, Nurdin, SKM.

Mist Blower ini adalah alat yang digunakan untuk pemberantasan lalat, kecoa maupun vektor lainnya yang ada didaerah pelabuhan laut, bandara udara dan pos lintas batas antar negara.


Demo penggunaan Mist Blower

Dengan keberadaan alat ini diharapkan KKP Jayapura siap memback up Pemda Provinsi Papua dan masyarakat jika terjadi bencana / pengungsian. Selain itu juga dengan adanya alat ini juga siap untuk memback up kegiatan di Asrama Haji.

23 August 2007

Dua Ambulans Baru untuk KKP Jayapura

(KKP Jayapura, 23 Agustus 2007)
Bulan Agustus 2007, KKP Jayapura kembali memiliki dua unit mobil ambulans baru yang terdiri atas mobil ambulans evakuasi penyakit menular dan emergency. Kedua unit mobil ini berperan sangat penting dalam pengambilan tindakan respons cepat dan tepat terhadap upaya cegah tangkal penyakit menular di kawasan pelabuhan laut, bandar udara, dan pos lintas batas antarnegara.


Kedua unit mobil ambulance ini diperoleh dari pengadaan melalui DIPA KKP Jayapura 2007. Meskipun sama-sama ambulance, namun secara khusus perbedaan fungsi kedua unit ambulance ini terletak pada spesifikasinya. Ambulance Evakuasi digunakan dalam evakuasi penyakit-penyakit khusus yaitu evakuasi penyakit menular, sedangkan Ambulance Emergency digunakan sama seperti ambulance-ambulance lainnya yang ada di kota Jayapura.

Sebelumnya KKP Jayapura hanya memiliki 1 unit ambulance pengadaan tahun 1990 yang kondisinya sudah tidak layak pakai. Dengan keberadaan kedua unit ambulance, maka KKP Jayapura semakin percaya diri dalam melaksanakan tupoksinya di Kantor Induk (Pelabuhan Laut Jayapura), maupun di wilker Bandara Sentani.

Sorong : Susu Kambing Hambat Infeksi Virus HIV

(www.radarsorong.com, Kamis 23 Agustus 2007)
SORONG– Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sorong, drh Soepadmo M.Si mengemukakan bahwa susu kambing dapat menghambat atau menghadang infeksi virus HIV penyebab penyakit AIDS. “Penelitian Yoshida dari Kotasato Institute Medical Centre Hospital di Jepang menemukan susu kambing bersifat penghadang infeksi virus enterovirus, dimana penelitiannya berhasil menemukan efek anti virus pada tikus percobaan terinfesi virus HIV. Dalam percobaannya, tikus yang diberi minum susu kambing selama 2 minggu mengakibatkan aktivitas CD4 dan sel T. Artinya tidak ada efek antivirus yang bekerja, susu kambing juga meningkatkan respon kekebalan secara spesifik,”ujar drh Soepadmo dalam tulisannya yang diterima Radar Sorong kemarin.

Dikatakan, didalam susu kambing mengandung asam kaprat dan caurut yang berfungsi sebagai antivirus HIV. Dimana asam kaprat yang terdapat dalam susu kambing adalah yang paling tinggi (2,2%) bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam susu ibu yang hanya 0,3% atau susu sapi (1,2%). Kolostrum susu kambing atau susu sapi mengandung transfer factor (TF) yang merupakan molekul halus yang dihasilkan tiga hari awal menyusui. “Tranfert faktor berperan antara lain meningkatkan aktifitas sel NK (Natural Killer) sebanyak 200-400%. Sel NK adala hpembasmi sel-sel yang terinfeksi penyakit. Tranfer Factor juga menenangkan sistim imun yang terlalu aktif,”jelasnya.

Ditambahkan, bahwa susu kambing mampu membantu mengatasi beragam penyakit dimana menurut Dr Happy, susu kambing meningkatkan daya tahan tubuh. Senyawa yang bertanggung jawab terhadap kekebalan tubuh yakni fluorin. Kandungan fluorin dalam susu kambing 10 sampai 100 kali lebih banyak daripada susu sapi. ”Susu kambing mengatasi penyakit secara tidak langsung dengan meningkatkan kekebalan tubuh,”katanya. Adapun mekanisme susu kambing meningkatkan kekebalan tubuh sesuai apa yang disampaikan Dr Rini Damayanti MS, katanya, dengan mendongkrak daya Fagositosis. Fagositosis sendiri merupakan proses untuk mengatasi bakteri atau benda asing dengan cara melapisi bakteri atau benda asing setelah melekat di Makrograf. ”Sekarang kenapa kita tidak minum susu kambing, susu kambing mempunyai khasiat yang luar biasa. Bagi penderita HIV, coba minum susu kambing karena karena akan meningkatkan kekebalan tubuh. Bila ingin sehat dan bugar setiap hari, minumlah susu kambing,”tegasnya.(ian)

22 August 2007

Indonesia Kembali Mengirim Virus H5N1 ke WHO

(www.depkes.go.id, 22 Agustus 2007)
Indonesia telah mengirimkan spesimen virus H5N1 ke Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta, (CDC Atlanta), Amerika Serikat, Kamis, 16 Agustus 2007. Pengiriman dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan, melalui NAMRU-2 (Naval Medical Research Unit-2 = Unit Riset Kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berkantor di Gedung Balitbangkes Depkes, Jl. Percetakan Negara, Jakarta.

Spesimen yang dikirimkan berupa spesimen usap tenggorok dan usap hidung dari kasus positif Flu Burung atas nama NLP (Perempuan, 29 th) warga Kabupaten Jembrana, Bali dan suspek Flu Burung (NKP, Perempuan, 2 th 9 bln), juga dari Bali, yang hasil laboratoriumnya terbukti negatif H5N1 (Flu Burung).


Pemeriksaan laboratorium CDC Atlanta terhadap spesimen kedua kasus tersebut telah selesai dan memberikan hasil yang sama dengan hasil dua laboratorium rujukan di Indonesia, yaitu laboratorium Balitbangkes dan Lembaga Biologi Molekular Eijkman. NLP memang positif menderita Flu Burung, sementara NKP negatif Flu Burung.

Hasil sekuensing lengkap dari spesimen baru akan selesai dalam waktu 2-3 minggu mendatang. Sekuensing dilakukan untuk melihat apakah telah terjadi mutasi pada virus H5N1. Demikian disampaikan Dr. Endang Tri Sedyaningsih, Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Balitbangkes, Kamis, 16 Agustus 2007.

Pengiriman dimaksudkan untuk membuktikan bahwa mutasi memang tidak terjadi. Selain itu, pengiriman dilakukan untuk menyampaikan kepada masyarakat dunia bahwa Bali tetap cukup aman untuk dikunjungi.

Indonesia sebenarnya masih menunggu mekanisme WHO yang mengatur pertukaran virus serta manfaat dari pertukaran tersebut bagi negara-negara pengirim virus, terutama negara berkembang. Pengiriman ini menunjukkan i̢۪tikad baik Indonesia untuk bekerjasama dengan WHO dalam upaya mempelajari perkembangan virus H5N1. Meski cukup fleksibel memperhatikan kepentingan warga dunia dan terutama warganya sendiri, Indonesia berharap WHO dapat segera menyelesaikan mekanisme pertukaran virus seluruh negara di dunia guna memastikan adanya pertukaran yang transparan serta pemanfaatan yang adil.


Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Penyakit Menular, Dr. David Heymann, menyatakan penghargaan terhadap Indonesia atas pengiriman virus dari kasus Bali tersebut. WHO sepakat bahwa virus tersebut akan digunakan untuk keperluan risk assessment. WHO juga setuju untuk tidak menempatkan data sekuensing virus H5N1 asal Indonesia pada domain publik dan tidak akan mengirimkan virus Indonesia pada pihak ketiga tanpa seijin Pemerintah Indonesia sampai Standard Terms of Condition dan Terms of Reference ditetapkan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Wamena : Pemimpin Agama Diajak Ikut Gumuli Masalah HIV/AIDS

(www.cenderawasihpos.com, Selasa 21 Agustus 2007)
WAMENA – Sekda Jayawijaya Drs. Chris Wopary, MM mengatakan, penduduk di Papua saat ini terus dihadapkan dengan persoalan HIV/AIDS yang sangat memprihatinkan. Hal ini dapat memepengaruhi pada status kesehatan penduduk, keadaan sosial, produktifitas hidup, keadaan ekonomi, kualitas sumber daya manusia dan kelangsungan hidup generasi muda dimasa depan. Demikian ditegaskan Wopary ketika membuka secara resmi pelatihan konseling HIV/AIDS bagi pastor dan pendeta se Kabupaten Jayawijaya, Senin (20/8) di Sanggar Bethesda, Wamena.Dikatakan, berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Papua per 30 Juni 2007, di Papua telah ditemukan 3.377 kasus HIV/AIDS. “

Suatu jumlah yang sangat mengerikan, termasuk di Kabupaten Jayawijaya yang ditemukan 9 kasus,” tegas Chris. Data ini belum termasuk data yang ditemukan oleh pihak RSUD Wamena dan Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Papua yang baru sebagian kecil dilaporkan. “ Ibarat fenomena “ikan cakalang” yang tampak sedikit dipermukaan laut tetapi yang dibawah banyak yang tidak kelihatan,” tegas Chris kepada Cenderawasih Pos usai acara itu.Dikatakan, harus disadari, bahwa AIDS merupakan bencana dan sangat mencemaskan bagi masyarakat di Kabupaten Jayawijaya, oleh karena itu, diperlukan dukungan semua pihak untuk mengantisipasi penularan penyakit itu. Menurutnya, pola penularan paling banyak adalah melalui hubungan seks (90%) dan dilakukan oleh kelompok usia produktif 15-35 tahun yang secara langsung dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. “ Bahkan kasus yang ditemukan sudah dalam keadaan AIDS, yang mana jika tidak diantisipasi sedini mungkin akan dapat menyebar lebih luas,” ujarnya. Kepada para pendeta dan pastor, Chris Wopary minta dapat mencari suatu formula terbaru secara terpadu dalam menangani berbagai kasus yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS. “Jangan bosan untuk terus berkampanye melalui sidang gereja jemaat, agar kasus HIV/AIDS itu tidak semakin bertambah,” pintanya.

Sementara itu Ketua Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Papua Drs. T.G. Butarbutar, M. Kes ketika ditemui Cenderawasih Pos mengungkapkan, kasus penyebaran HIV/AIDS yang pertama kali ditemukan di Merauke sejak tahun 1992 terus berkembang pesat hingga saat ini. “Hasil surveilans terpadu dan perilaku 2006 yang dilakukan Depkes RI dan BPS menunjukkan bahwa prevalensi HIV penduduk Papua 2,4%. Angka prevalensi tertinggi pada pria 2,9% dan wanita 1,9%, sementara angka tertinggi di Sorong Selatan mencapai 3,7% dan posisi kedua Kabupaten Jayawijaya 3,4%,” ujar Butarbutar. Diharapkan melalui pelatihan ini para pemuka agama selaku hamba Tuhan, dapat lebih mensosialisasikan ilmu yang diperoleh kepada umatnya agar penyebaran virus HIV itu dapat dimatikan. “Harus ada perubahan perilaku pola hidup masyarakat tentang hal ini,” pintanya. Pelatihan konseling yang dilaksanakan oleh YPKM Papua bekerja sama dengan KPAD Jayawijaya itu dilaksanakan selama 6 hari dan diikuti sekitar 40 peserta. (jk)

Biak : Kesadaran Warga Untuk Test HIV/AIDS Masih Rendah

(www.cenderawasihpos.com, Selasa 21 Agustus 2007)
BIAK -Meskipun kasus HIV/AIDS di Kabupaten Biak Numfor dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup tajam, namun tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari minimnya jumlah warga yang memanfaatkan fasilitas Volentry Conseling Test (VCT) yang telah tersedia di Puskesmas Biak Kota.Kepala Puskesmas Biak Kota dr.Blasius Suherman yang ditemui wartawan Senin (20/8) mengakui masih minimnya jumlah warga yang melakukan konseling dan tes secara sukarela di VCT yang ada di Puskesmas Biak Kota. Meskipun VCT tersebut telah beroperasi sejak tahun 2006 yang lalu, rata-rata perbulan jumlah warga yang mengunjungi VCT tersebut kurang dari 10 orang ”Bulan yang lalu jumlah warga yang datang hanya 4 orang, ”ungkapnya.

Selain masih minim jumlah warga yang memanfaatkan VCT di Puskesmas Biak Kota, dalam pengoperasiannya menurut Blasius Suherman sering kali terbentur pada penyediaan rapid tes atau alat untuk melakukan tes HIV secara cepat. Bahkan untuk pengadaan rapid tes tersebut, pihak Puskesmas Biak Kota terpaksa melakukan pengadaan secara swadaya atau mengharapkan bantuan pihak lain.“ Karena alat tersebut ada masa kadaluarsanya sehingga seringkali kita sudah tidak memiliki persediaan.Pernah ada warga yang telah menyatakan kesediaan untuk dikonseling dan tes. Ketika kami akan melakukan tes stok rapid tes kosong.Ini yang menjadi kendala kami ,”ujarnya.Kendala lain yang dihadapi dalam pengoperasian VCT menurut Blasius Suherman belum adanya pendampingan terhadap warga yang telah menjalani konseling dan tes. Hal ini menurutnya merupakan salah satu kendala dalam upaya melakukan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS.(nat)

21 August 2007

Vaksin Dengue (Demam Berdarah) Semakin Dekat

(www.kompas.com, Senin 20 Agustus 2007)
Uji klinis kandidat vaksin dengue ChimeriVax baru-baru ini membawa harapan yang semakin terang bagi tersedianya vaksin dengue yang efektif dalam beberapa tahun ke depan. Potensinya yang menjanjikan semakin mendekatkan dunia pada panacea virus yang mengintai anak-anak di lebih dari seratus negara tropis dan subtropis ini.

Sukses ChimeriVax yang dikembangkan perusahaan farmasi Perancis dan Amerika Serikat ini memperpanjang daftar kandidat vaksin dengue yang berprospek cerah. Sebelumnya beberapa kandidat lain memperlihatkan performa yang sama-sama menjanjikan.

Beberapa misalnya yang diteliti oleh Walter Reed Army Institute of Research (AS) berkolaborasi dengan GlaxoSmithKline, Belgia, dan sebuah kandidat lain yang dikembangkan National Institute of Allergy and Infectious Disease (AS). Thailand sebagai pionir riset vaksin dengue juga terus bergiat dengan kandidat vaksin andalan mereka dan telah sukses melewati beberapa tahapan uji klinis dalam tahun-tahun terakhir.

Capaian ini memecah kebuntuan yang selama ini menghadang riset vaksin dengue. Sejak dirintis pada akhir dekade 1970-an sampai 1990-an belumlah banyak kemajuan penting diraih.
Di samping karena seretnya sokongan dana ketika itu, antusiasme perusahaan farmasi raksasa dan pusat-pusat riset kesehatan unggul dunia juga amat minim sehingga riset vaksin tidak berjalan optimal. Alasannya pragmatis saja. Penyakit dengue umumnya berjangkit di negara miskin dan berkembang sehingga luput dari prioritas.

WHO pun pernah menyebut dengue sebagai penyakit yang lama terabaikan sembari mendorong secara politis percepatan riset vaksin.
Kenapa vaksin? Dua alasan, paling tidak, mengapa vaksin dengue dibutuhkan dan dipandang sebagai pendekatan yang lebih efektif dan berkesinambungan dalam mengendalikan penyakit dengue.
Pertama, program pemberantasan nyamuk yang selama ini menjadi prioritas utama untuk mencegah wabah tidak berjalan efektif. Penyebabnya, nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama virus telah beradaptasi begitu rupa di lingkungan urban sehingga sulit membasminya.

Dari segi ekonomi, dana yang dikeluarkan untuk program pemberantasan dan pengendalian vektor menjadi beban ekonomi yang tidak ringan. Sebut saja Brasil yang harus menguras ratusan juta dollar AS setiap tahun untuk mengontrol perkembangan virus. Thailand dan Indonesia juga tidak sedikit menghabiskan dana untuk tujuan serupa, namun tetap saja wabah dengue menjadi ritual tahunan.
Kedua, vaksin dibutuhkan untuk mencegah penyakit berkembang, baik dari luasnya penyebaran maupun peningkatan keparahan penyakit.

Muncul kekhawatiran jika mata rantai virus bertambah luas dan tidak diputus, virus akan bermutasi sedemikian rupa sehingga semakin ganas. Melihat manifestasi klinis penyakit dari tahun ke tahun, seperti makin banyaknya kasus dengue encephalopati, terutama pada anak-anak, dan meningkatnya proporsi orang dewasa yang terjangkit, apa yang dikhawatirkan cukup beralasan.

Strategi
ChimeriVax dan kandidat vaksin dengue lainnya pada prinsipnya dirancang untuk mengatasi apa yang disebut dengan risiko "dosa bawaan" (original sin), suatu fenomena klasik dan unik pada infeksi dengue dan menjadi kendala terbesar pengembangan vaksin.

Seperti kita tahu, ada empat tipe virus dengue yang beredar (dengue 1-4). Seseorang yang pernah terinfeksi oleh satu tipe virus akan kebal terhadap tipe virus itu, tetapi tidak terhadap ketiga tipe lain.
Alih-alih melindungi, antibodi yang ada justru memfasilitasi virus masuk ke dalam sel-sel target sehingga terjadi infeksi secara masif dan risiko timbulnya penyakit dengue berat menjadi berlipat. Inilah yang disebut fenomena "dosa bawaan" atau dikenal juga immune enhancement. Meski tidak sepenuhnya dapat menjelaskan semua kasus dengue, immune enhancement diyakini berperan penting dalam perjalanan penyakit, terutama dengan manifestasi klinis berat (demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome).

Untuk menghindari risiko "dosa bawaan" ini, strategi aman yang ditempuh dalam pengembangan vaksin dengue adalah meracik vaksin tetaravelen (’4 dalam 1’).

Caranya dengan mengemas empat antigen virus sekaligus dalam satu racikan vaksin sehingga mewakili keempat tipe virus. ChimeriVax sendiri terdiri dari empat monovalen, salah satunya ChimeriVax-DEN-2.

ChimeriVax adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan (attenuated). Dikembangkan melalui teknik rekayasa genetika dengan cara menyisipkan gen selubung dan membran virus dengue ke virus vaksin Yellow Fever (YF 17D).

Dipilih YF 17D sebagai kerangka karena vaksin Yellow Fever ini (penyebab demam kuning) telah mapan dan teruji keamanannya, di samping juga kedua virus ini berkerabat dekat. Pelemahan (atenuasi) ChimeriVax bergantung pada mutasi tertentu pada kerangkan YF 17D.

Uji klinis ChimeriVax menunjukkan vaksin menginduksi antibodi proteksi terhadap keempat tipe virus serta aman tanpa ada efek samping yang serius. Sebelumnya monovalen ChimeriVax-DEN-2 sendiri pada 2006 sukses diujikan pada manusia.

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan tingkat toleransi, keamanan, dan immunogenik kandidat ChimeriVax-DEN-2 dengan vaksin YF komersial (YF-VAX) pada 42 sukarelawan dewasa. Hasilnya ChimeriVax-DEN-2 terbukti aman dan immunogenik seperti halnya vaksin YF.

Berbeda dengan ChimeriVax, vaksin yang dikembangkan Thailand menempuh pendekatan lain. Virus dilemahkan dengan cara konvensional, yaitu menumbuhkannya secara berulang pada galur sel tertentu sehingga daya infeksinya lumpuh, namun sifat immunogeniknya (kemampuan merangsang sel-sel imunitas) tetap terjaga. Teknik serupa juga dipilih oleh Walter Reed Army Institute of Research (AS) dan GlaxoSmithKline. Kandidat vaksin tetravalen yang mereka kembangkan saat ini sedang memasuki klinis fase 2.

Beberapa pendekatan alternatif juga coba ditempuh untuk mengembangkan vaksin dengue semisal vaksin subunit dan DNA yang masing-masing diteliti oleh Hawaii Biotech dan Navi Medical Research Centre (AS).

Meski relatif baru, pendekatan mutakhir ini tidak kalah menjanjikan. Vaksin DNA, misalnya, didesain dengan cara menyisipkan beberapa gen virus ke vektor plasmid (elemen loncat yang berfungsi sebagai pengantar) lalu dikemas dengan DNA lain yang bersifat immunogenik kuat. Uji klinis (fase 1) kandidat vaksin ini sedang dievaluasi.

Konsorsium internasional
Pengembangan vaksin dengue bukan upaya mudah dan murah, terbukti dengan belum tersedianya vaksin meski telah dirintis sejak lama. Maka untuk mempercepat penyediaan vaksin, sejak 2002 telah terbentuk Pedriatic Dengue Vaccine Initiative (PDVI), yaitu sebuah konsorsium internasional yang bergiat dalam advokasi untuk meyakinkan masyarakat internasional akan penting dan mendesaknya vaksin dengue. Selain berkoordinasi terkait pengembangan vaksin dengue.

Misi utama PDVI yang beranggotakan lembaga internasional, lembaga riset, dan negara-negara endemik dengue, termasuk Indonesia, adalah mempercepat pengembangan dan introduksi vaksin yang aman, efektif, dan terjangkau, terutama bagi anak-anak di negara miskin dan berkembang.
Untuk mewujudkan visi ini, PDVI memberikan sokongan penuh dalam riset dan uji klinik fase 3 kandidat vaksin yang sudah ada seperti ChimeriVax. Salah satu isu besar menanti di depan adalah soal efektivitas vaksin di daerah endemik dengue di mana sebagian besar individu terpapar virus secara alamiah. Dibutuhkan studi prospektif dalam skala geografis luas dan waktu yang cukup lama untuk mengevaluasi isu ini.

Kita boleh berharap virus dengue tidak lagi menjadi mimpi buruk bagi anak-anak di negara- negara tropis seperti Indonesia.

Penulis : Muhareva Raekiansyah Bekerja di Institue of Human Virology and Cancer Biology of University of Indonesia (IHVCB-UI)

16 August 2007

Dirgahayu Republik Indonesia Ke-62

Kepala Kantor dan Segenap Staf KKP Jayapura mengucapkan :

15 August 2007

Program Obat Murah Harus Ditindaklanjuti

(www.cenderawasihpos.com , 14 Agustus 2007)
JAYAPURA-Kebijakan Menteri Kesehatan dr Fadilah Supari untuk meluncurkan obat rakyat murah dan berkualitas, rupanya tak luput dari perhatian DPRP. Wakil Ketua II DPR Papua Paskalis Kossy, S.Pd mengaku sangat terkesan dengan program Menkes tersebut dan berharap dapat direalisasikan di Papua. “Itu kebijakan yang sangat baik dan positif jika bisa dapat dilaksanakan dan direalisasikan di Papua juga,” katanya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.Karena itu, ia meminta Pemprov dalam hal ini instansi teknis terkait yakni Dinas Kesehatan dan rumah aakit agar segera mendorong dan menindaklanjuti program Menkes itu di Papua sehingga dapat dilaksanakan di seluruh Papua. Sebab kata dia, instansi teknis terkait harus dapat menjadi pioner bagi pelaksanaan program pembangunan di daerah, khususnya dalam mendorong realisasi program pemerintah pusat di daerah sehingga dapat terlaksana dengan baik.


Menurut Kossy, program obat rakyat murah tersebut sejalan dengan program yang diakomodir oleh Otsus Papua yang mana ke depan merencanakan pelayanan kesehatan yang gratis termasuk obat-obatan. “Program Otsus juga seperti itu, karena target Otsus ke depan semua harus gratis mulai dari pelayanan sampai obat-obatan,” katanya.Sehingga program Menkes itu sangat baik diterapkan di Papua yang mayoritas masyarakatnya masih hidup miskin. Kossy ingin agar Pemprov Papua segera mensinkronkan program Menkes tersebut dengan program Otsus khususnya pada bidang kesehatan yang kini tengah dilaksanakan. “Jika dapat, program ini disinkronkan dengan kebijakan Otsus yang telah disusun, bagaimana realisasinya nanti, akan dibicarakan lagi sesuai ketentuan yang berlaku, karena itu kami sangat mengharapkan kebijakan pusat ini dapat didorong oleh Pemprov,” tuturnya.(ta).

14 August 2007

Di Merauke, Ditemukan 2 Pasien Demam Berdarah, Langsung Dilakukan Fogging Pada Daerah Sekitar Penderita

(www.cenderawasihpos.com, 13 Agustus 2207)
MERAUKE- Ditemukannya 2 pasien demam berdarah di Kota Merauke, membuat Dinas Kesehatan Merauk langsung melakukan penanganan agar penyakit tersebut tidak menyebar luas ke masyarakat. Kasubdin Pencengahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kabupaten Merauke dr Nevil Maskita, saat dihubungi Kamis (9/8) kemarinmenggungkapkan, penanganan yang dilakukan pihaknya dalam memutus penyebaran demam berdarah tersebut dengan melakukan penyemprotan atau pengasapan (fogging) di daerah sekitar penderita. ‘’Petugas sudah kami turunkan untuk melakukan pengecekan serta pemeriksaan sekaligus fogging di dua tempat itu,’’ ungkapnya.

Penyemprotan/pengasapan yang dilakukan tersebut untuk membunuh jentik-jentik demam berdarah yang ada di sekitar pasien demamberdarah. Munculnya dua penderita demam berdarah di saat awal musim kemarau tersebut, menurut Nevil Maskita merupakan hal yang tidak biasa. ‘’Kami juga bertanya-tanya mengapa ada penderita demam berdarah saat musim kemarau. Dan ini sedikit agak aneh. Tapi mungkin karena cuaca dan masih ada hujan-hujan kecil itu sehingga demam berdarah itu ada,’’ jelasnya. Biasanya, lanjut Nevil, kasus demam berdarah muncul saat awalmusim hujan. Selain 2 pasien demam berdarah tersebut, menurutnya juga ada laporan dari RSUD, namun masih dalam status suspeck (belum positif,red).

Sementara itu, Direktur RSUD Merauke dr Petrus Tjia, yang ditemui kemarin membenarkan adanya 2 penderita demam berdarah tersebut. ‘’Satunya dari Mopah Lama dan dirawat selama 4 hari sedangkan satunyalagi dari Jalan Martadinata dan dirawat selama 5 hari. Tapi keduanya sudah dipulangkan setelah sembuh,’’ jelasnya. Baik Nevil Maskita maupun Petrus Tjia berharap, masyarakat tetap menjaga kebersihan terutama menyingkirkan atau menguburkan serta menutupi wadah yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya demam berdarah. (ulo)

Semua Orang Berpotensi Tertular HIV/AIDS

(www.cenderawasih.pos, 13 Agustus 2007)
JAYAPURA-Penyebaran kasus HIV/AIDS terus meningkat. Parahnya lagi, penularan penyakit mematikan itu bisa terjadi terhadap siapa saja dan kapan saja. Oleh karena itu, setiap orang diharapkan dapat mengetahui tentang cara-cara penularan penyakit tersebut. "Semua orang berpotensi tertular HIV/AIDS, dan jika tidak tahu cara-cara pencegahannya maka bukan tidak mungkin itu tertular. Oleh karena itu, minimal ada pemahaman dasar tentang cara penularannya,"kata dokter YPKM Papua, dr Raflus Doranggi di depan sekitar 100 ibu-ibu Persatuan Wanita (PW) pada acara diskusi tentang berbagai masalah kehidupan rumah tangga Kristen dan penyuluhan HIV/AIDS di Jemaat Kairos, Kampung Tiba-tiba, Sabtu (11/8).Dia yang juga adalah tim asistensi KPA Provinsi Papua mengatakan, ibu rumah tangga harus memahami tentang bahaya penyakit ini. Termasuk semua anggota keluarganya sehingga dapat menghindari penularannya.

"Ibu rumah tangga juga harus memahaminya, sebab dari sejumlah temuan, sudah ada ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/AIDS," paparnya. Seperti dalam pemaparannya, bahwa untuk mencegah penyakit tersebut maka untuk sementara dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal. Antara lain, puasa seks, menggunakan kondom jika terpaksa melakukan hubungan seks khususnya bagi kelompok beresiko, jauhi narkoba dan hindari pemakaian alat medis yang kurang strategis. Sekadar diketahui, acara diskusi tentang berbagai masalah kehidupan rumah tangga Kristen dan penyuluhan HIV/AIDS yang digelar PW Jemaat Kairos merupakan program kerja tahunan dan atas dasar keprihatinan yang terjadi di dalam rumah tangga selama ini.(ito)

09 August 2007

Merauke : Swalayan dan Toko Diberi Peringatan Keras, Untuk Tidak Menjual Produk Makanan dan Minuman Berformalin dan Kadaluarsa

(www.cenderawasihpos.com, Kamis 9 Agustus 2007)
MERAUKE- Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke akhirnya memberikan peringatan keras kepada setiap swalayan dan toko maupun kios yang ada di Merauke untuk tidak menjual makanan atau minuman yang mengandung formalin, kadaluarsa atau yang tidak memiliki label.

Peringatan keras dan merupakan yang terakhir tersebut langsung disampaikan secara tertulis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke saat melakukan operasi produk makanan dan minuman yang diduga mengandung formalin, kadaluarsa atau tidak memiliki regitrasi atau tregitrasi tapi masih menggunakan regitrasi lama, di sejumlah swalayan dan toko, Rabu (8/8).
Operasi yang dipimpin langsung Kabid Penanganan Farmasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Merauke Drs Kaimudin, Apt, kerjasama dengan Reserse Kriminal Polres Merauke, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Merauke serta Satpol PP. ‘’Ini merupakan peringatan keras dan terakhir bagi swalayan, toko maupun kios untuk tidak memajang atau menjual produk makanan atau minuman yang yang mengandung formalin, kadaluarsa atau tidak tergitrasi dari Depkes maupun tergitrasi namun masih menggunakan nomor label regitrasi lama,’’ ungkap Kaimudin.

Operasi yang berlangsung sejak pagi tersebut terbagi dalam Dua Tim menyusuri swalayan maupun toko yang ada di sepanjang Jalan Raya Mandala. Namun dari beberapa swalayan dan toko yang diperiksa belum menemukan adanya produk makanan yang diduga mengandung formalin. Yang ditemukan, produk makanan yang masa berlakukanya hampir habis atau produk yang bernomor regitrasi lama.
Kaimudin menjelaskan, operasi yang dilakukan ini merupakan operasi rutin setiap 3 bulan sekali dengan melibatkan berbagai pihak terkait. ‘’Kalau nantinya ada menjual dengan kesegajaan maka kami serahkan ke
pihak kepolisian untuk diproses secara hokum sesuai dengan UU kesehatan maupun UU Perlindungan Konsumen. Tapi kalau karena ketidakgajaan, kita masih memberi peringatan dan merupakan yang terakhir,’’ jelasnya lagi.

Operasi tersebut, tambah Kaimuddin, akan berlangsung selama 4 hari. ‘’Setelah swalayan, toko dan kios, selanjutnya kami ke pasar untuk melakukan pemeriksaan. Karena ada dugaan bahwa tahu, tempa dan ikan menggunakan pengawet formalin. Dan itu akan kami buktikan melalui permeriksaan nanti apakah benar atau tidak,’’ tambahnya. (ulo)

08 August 2007

Sosialisasi IHR 2005 di Lingkungan Jajaran Staf KKP Jayapura

Bpk. dr. Onedo Gumerang didampingi, Kepala KKP Jayapura Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes sedang memberikan materi IHR 2005 dilingkungan Staf KKP Jayapura
(KKP Jayapura, 7 Agustus 2007)
KKP Jayapura mendapat kunjungan dari Bpk. Dr. Onedo Gumerang, yang merupakan Kepala KKP Pekan Baru, Sumatera. Adapun tujuan ke Jayapura selain melakukan silaturrahmi dan ramah tamah dengan staf KKP Jayapura, juga beliau memberikan sosialisasi informasi tentang IHR 2005.

IHR adalah suatu instrumen international yang secara resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan anggota WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO.

Mengingat terbatasnya ruang lingkup aplikasi IHR (1969) yang hanya melakukan kontrol terhadap 3 penyakit karantina yaitu Kolera, Pes dan Yellow Fever maka pada Mei 2005 para anggota WHO yang tergabung dalam World Helath Assembly (WHA) melakukan revisi terhadap IHR (1969). IHR (1969) ini digantikan dengan IHR (2005) yang diberlakukan pada 15 Juni 2007

Tujuan dan ruang lingkup IHR (2005) adalah untuk mencegah, melindungi dan mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara international serta melaksanakan public health response sesuai dengan resiko kesehatan masyarakat dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap perjalan dan perdagangan international.

Pemberlakukan IHR (2005) ini akan diikuti dengan pedoman, petunjuk dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan rutin pada pelabuhan, bandara dan lintas batas.
Staf KKP Jayapura sedang memperhatikan dengan seksama penjelasan yang disampaikan dalam sosialisasi IHR 2005

Walau hanya beberapa jam mengunjungi KKP Jayapura, Bpk. Dr. Onedo Gumerang didampingi Kepala Kantor KKP Jayapura, Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes memberikan paparan yang singkat namun jelas dan memuaskan kepada staf KKP Jayapura yang hadir dalam acara sosialisasi IHR 2005. Proses diskusi yang hangat, diselingi canda tawa, dan saling tanya-jawab mewarnai pertemuan ini.

Jayapura : Semua Komponen Harus Miliki Komitmen, Untuk Menangani HIV/AIDS

(www.cenderawasihpos.com, 7 Agustus 2007)
JAYAPURA-Peningkatan kasus HIV/AIDS di Tanah Papua yang kini menembus angka 3.377 (Cepos, 6/8), rupanya menjadi perhatian serius Walikota Jayapura yang juga Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kota Jayapura, Drs MR Kambu, M.Si.“Pertama saya turut prihatin terhadap perkembangan kasus HIV/AIDS yang makin tinggi. Persoalan itu sudah lampu merah bagi kita semua,”ujarnya kepada Cenderawasih Pos via telepon, Senin, (6/8).Kenapa lampu merah, sebab telah terpampang dengan jelas, suatu bahaya yang secara diam-diam sedang mengancam nyawa setiap pribadi, tanpa membedakan suku, ras, etnis dan agama. Untuk itu, semua komponen masyarakat tanpa kecuali, baik itu pemerintah, masyarakat adat, agama, swasta, LSM dan masyarakat umum lainnya harus memiliki komitmen yang kuat untuk menangani permasalahan itu.

Penanganannya dengan cara, pertama semua pihak harus sadar diri untuk memeriksakan dirinya guna mengetahui apakah positif mengidap virus itu atau tidak. Dengan mengetahui statusnya yang jelas, tentu ada langkah-langkah penanganan terhadap dirinya dan tidak menyebarkan virus itu kepada orang lain bila dirinya terinfeksi virus itu.

Hal yang kedua, ialah, setiap individu harus secara terus menerus meningkatkan iman dan taqwanya kepada Tuhan, serta memperkaya moral dengan tindakan-tindakan yang positif dan nyata di lingkungannya.“Juga harus melakukan sosialisasi terhadap virus itu dan mengingatkan sesamanya bahwa ada yang mengancam di depan. Setiap orang harus nikah secara resmi, dari pada jajan di luar yang tentunya tidak sehat,”tegasnya.

Hal yang ketiga ialah dirinya mengingatkan dengan tegas bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) supaya menjaga diri, bertobat dan jangan melakukan seks bebas, sebab bila hal itu (seks bebas,red) tetap dilakukannya, maka hal itu sama saja dengan pembunuhan secara berencana.Terkait dengan itu, dirinya meminta kepada seluruh komponen masyarakat agar jangan menyisihkan ODHA dari kehidupannya, melainkan hendaknya mengasihinya sebagai anak Tuhan.Hal itu dimaksudkan selain ODHA memiliki harapan hidup yang lebih lama, tapi juga disisi lainnya ODHA tidak berbuat hal-hal yang nekat yang membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.(nls)

05 August 2007

Merauke Masuk Daftar Endemis Vilaria, Pemeriksaan dan Pengobatan Massal Akan Dilakukan Tahun Ini

(www.cenderawasihpos.com, Sabtu 4 Agustus 2007)
MERAUKE - Kabupaten Merauke masuk dalam daftar endemis microvilaria. Ini dengan ditemukannya sejumlah penderita Vilaria (kaki Gajah,red) di Kabupaten Merauke.‘’Kami sudah masuk sebagai kabupaten endemis vilaria,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke drg Josef Rinta R, M.Kes didampingi Kasubdin Pencengahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kabupaten Merauke dr Nevil Maskita, kemarin. Disebut sebagai kabupaten endemis Vilaria, lanjutnya, apabiladalam satu kabupaten ditemukan 1 persen penderita dari jumlah penduduk yang ada. ‘’Misalnya ada 100 orang, ternyata ditemukan 1 persen dari jumlah tersebut menderita, maka sudah masuk sebagai Kabupaten Endimis,’’ jelasnya. Karena masuk kabupaten endemik, maka mulai tahun 2007 ini seluruh warga Kabupaten Merauke akan diperiksa dan diobati.

‘’Jadi seluruh warga Kabupaten Merauke akan kita periksa, kecuali anak dibawah umur 2 tahun, ibu hamil dan orang sakit. Dan akan dilakukan pengobatan satu kali dalam setahun selama 5 tahun. Tindakan yang akan dilakukan ini untuk memutus dan membasmi penyebaran Microvilaria ini,’’jelasnya. Pemeriksaan dan pengobatan secara massal itu, terang Rinta akan dilakukan secara gratis. ‘’Anggarannya sudah turun dari Depkes dan mulai tahun ini pengobatan massal akan segera dilakukan,’’ terangnya. Disebutkan, Cacing Vilaria atau Microvilaria sebabkan oleh gigitan nyamuk. Dan dapat berpindah ke orang lain apabila nyamuk tersebut telah menggigit penderita vilaria. ‘’Tapi itu juga tergantung dari ketahanan tubuh seseorang. Meski digigit nyamuk dari penderita Vilaria kalau tahan tubuhnya bagus, maka tidak akan terserang,’’ jelasnya. Parahnya lagi, lanjutnya kata Rinta, ada kecenderungan Microvilaria yang ada di Merauke menyerang bagian kelamin seperti membesarnya buah zakar seperti yang diderita Hironimus.

Pemeriksaan Microvilaria tersebut, mulai dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke Kamis dan Jumat semalam dengan melakukan pengambilan sample darah bagi warga Kelurahan Kelapa Lima Merauke.Pengambilan sample darah di lokasi tersebut terkait ditemukannya seorang ibu penderita Vilaria yang saat ini tidak bisa berjalan lagi akibat kedua kakinya sudah membesar dan juga sudah menular kepada anak-anaknya. ‘’Pengambilan sample darah hanya bisa dilakukan pada malam hari. Kalau siang hari Microvilarianya akan bersembunyi dalam daging,’’ jelas Josef Rinta. Hasil pemeriksaan tersebut, selanjutnya akan dikirim ke Jakarta untuk untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. (ulo)

04 August 2007

Polresta Musnahkan Ribuan Botol Miras Ilegal, KKP Jayapura berperan aktif ikut membantu

Ribuan kaleng dan botol kategori minuman keras ilegal yang akan dimusnahkan

Pada hari senin 31 Juli , Jajaran Polresta Jayapura memusnahkan ribuan botol minuman keras (Miras) ilegal hasil operasi rutin selama bulan Mei- Juli 2007 dengan cara digilas mengunakan alat berat ekcavator di belakang Polsekta KP3 Laut Jayapura.

Miras ilegal tersebut dimusnahkan, karena telah mendapatkan surat penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri Jayapura dan Surat Perintah Kapolresta Jayapura, setelah perkaranya digelar dan mendapat keputusan tetap dari pengadilan negeri.
Kapolresta Jayapura, Bpk. AKBP Robert Djoenso sedang memberikan arahan dan masukan kepada tamu undangan, dinas dan lembaga yang hadir serta seluruh lapisan masyarakat yang ikut hadir menyaksikan acara pemusnahan miral ilegal di komplek pelabuhan laut Jayapura

Pemusnahan itu dipimpin Kapolresta AKBP Robert Djoenso yang juga dihadiri Danpomal Lantamal X Mayor PM Audy, lembaga dan instansi terkait, diantaranya KKP Jayapura, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, pengadilan serta para ketua adat, masyarakat dan agama di Kota Jayapura.
Kapolresta Jayapura AKBP Robert Djoenso mengatakan bahwa pemusnahan Miras ilegal tersebut merupakan wujud kesungguhan aparat kepolisian dalam upaya penegakan hukum, terutama terhadap berbagai upaya memasukkan/peredaran Miras yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kepala Kantor KKP Jayapura, Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes sedang menandatangani berita acara pemusnahan miras ilegal

Dari KKP Jayapura dihadiri langsung oleh Kepala Kantor, Bpk. Junghans Sitorus, SKM, M.Kes dan Kepala Seksi Karantina, SE & UKP, Ibu Sitti Nurliah, S.Si Apt.

Ribuan botol Miras ilegal yang dimusnahkan itu, diantaranya anggur beras kencur cap orang tua 11 botol, sopi 86 botol, cap tikus kemasan botol 1500 ml, 45 botol, cap tikus kemasan 600 ml, 82 botol, cap tikus kemasan jirigen 134 liter, Bir Bintang 1.200 kaleng, Mansion House 384 botol dan Red Label 120 botol. Sedangkan Miras ilegal hasil sitaan Polda Papua yang juga ikut dimusnahkan yakni 12 ribu kaleng bir bintang kaleng.

Proses pemusnahan miras ilegal dengan menggunakan alat berat ekcavator

02 August 2007

Di Biak, Permen dan Pasta Gigi Berformalin Dirazia

(www.cenderawasihpos.com Kamis 2 Agustus 2007)
BIAK ––Tim dari Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Polres Biak Numfor Rabu (1/8) melakukan razia di sejumlah toko dan supermarket yang ada di Kabupaten Biak Numfor. Razia tersebut dilakukan terhadap beberapa produk makanan dan obat-obatan yang diduga mengandung bahan berhaya bagi manusia yaitu formalin. Dalam razia itu, petugas tidak menemukan adanya bahan makanan atau obat-obatan yang mengandung formalin seperti permen white rabbit.Meskipun tidak menemukan adanya produk makanan atau obat-obatan yang mengandung bahan berbahaya bagi manusia, namun dalam razia kemarin petugas hanya menemukan beberapa produk makanan yang kadaluarsa serta opbat-obatan yang belum terdaftar di Departemen Kesehatan. Kasubdin Bimbingan, Pengendalian, Pengawasan Obat dan Makanan Dinkes Biak Drs.Suryadi Haruna, APP, kepada wartawan usai melakukan razia mengatakan, produk makanan kadaluarsa yang sempat ditemukan oleh petugas yaitu selai sementara obat-obatan yang belum terdaftar yang ditemukan yaitu minyak angin merk Red Flower.

“Barang yang kami temukan tersebut kami ambil sebagai sampel dan pemilik barang atau toko kami minta untuk tidak lagi menjual produk tersebut. Masih ditemukannya produk makanan yang kadaluarsa menunjukan bahwa control dari pemilik toko masih kurang. Terhadap barang ini, kami sudah tegaskan ke pemilik untuk tidak menjualnya dan mereka juga sepakat, ”tegasnya.Dalam kegiatan razia yang dilakukan oleh tim gabungan itu, menurut Suryadi Haruna, kegiatan razia tidak mengalami kendala atau hambatan.Sebab para pemilik toko dan supermarket sangat koperatif terhadap petugas dan memberikan keleluasaan bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan.Tentang tindak lanjut dari razia tersebut, Rasyid Haruna mengatakan pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan akan terus diawasi oleh Dinas Kesehatan termasuk instansi teknis lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan. (nat)

Kegiatan Fogging di seputar kawasan Pelabuhan Laut Jayapura

Kegiatan fogging (pengasapan) diseputar Pelabuhan Laut Jayapura, Foto : KKP Jayapura

(IKP, Rabu 1 Agustus 2007)
Pada tanggal 31 Juli 2007 kemarin, oleh Tim KKP Jayapura dari Seksi PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan) melakukan kegiatan fogging di seputar lingkungan pelabuhan laut Jayapura. Kegiatan fogging ini adalah berupa pengasapan terhadap lingkungan dan tempat-tempat yang sering menjadi tempat bertelurnya nyamuk-nyamuk yang bisa mengakibatkan penyakit Demam Berdarah dan Malaria.

Kawasan lingkungan yang terkena proses fogging diantaranya :
- Kawasan rumah penduduk dekat pelabuhan (tanjakan weref)
- Kawasan TNI Kodam - Detasemen Jasa-Hari
- Kawasan lingkungan Kantor KPLP Jayapura
- Kawasan lingkungan Kantor KP3 Laut Jayapura
- Kawasan lingkungan Kantor Balai Karantina Tumbuhan
- Kawasan lingkungan Kantor Customs Jayapura
- dan Kawasan lingkungan didalam pelabuhan laut Jayapura.

Tim PRL sedang menyiapkan alat fogging , Foto : KKP Jayapura

Oleh Kepala Seksi PRL, Bpk. Nurdin, SKM menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menekan tersebarnya dan berjangkitnya penyakit demam berdarah dan malaria di kawasan pelabuhan laut ini.

Hadir dalam kegiatan tersebut Staf KKP Jayapura diantaranya : Bpk. Steven Rewang, Bpk. B. Mansumber, Bpk. Rajali, Bpk. Lahadi, Bpk. Esau Demotouw. (am)

Obat Batuk Kandung Formalin

(www.cenderawasihpos.com)
JAKARTA- Hati-hati dalam memilih obat. Bukannya menyembuhkan beberapa obat bahkan diduga mengandung zat kimia berbahaya. Salah satunya adalah obat batuk yang sampelnya kini tengah diteliti Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM). Obat tersebut diduga mengandung formalin.“Kami tengah meneliti obat tersebut. Obat ini di Amerika Latin bahkan telah memakan korban,” kata Kepala BPOM Husnia Thamrin Akip di Mabes Polri kemarin. Namun merk obat batuk tersebut belum dilansir. Selain itu BPOM mengaku pihaknya saat ini kesulitan untuk menarik beberapa produk obat dan makanan dari Tiongkok yang berindikasi berbahaya bagi manusia.

Produk itu ditemukan dalam bentuk permen, pasta gigi, hingga manisan plum setelah BPOM melakukan razia di sepuluh daerah di Indonesia. 7 dari 39 permen yang dirazia terbukti mengandung formalin. Sedangkan empat dari 128 pasta gigi asal Tiongkok ditemukan mengandung bahan kimia yang berbahaya. “ Merknya maxam dengan segala varian,” tambahnya.Celakanya, Husnia menambahkan, produk ini tersebar mulai dari kelas pasar pinggir kampung, pertokoan, hingga supermarket. Ini menunjukan jika produk ini dikonsumsi secara luas di berbagai tingkat masyarakat. Permen yang bermasalah itu bermerk White Rabbit, Kamboi, Classic Candy, Black Currant, dan manisan buah plum.(naz)

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3

Foto Pilihan : SENAM BERSAMA DALAM RANGKA HARI MALARIA SEDUNIA KE-3
Staf KKP Kelas II Jayapura Photo Bersama Setelah Kegiatan